MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengungkapkan bahwa Muhammadiyah tidak akan lelah membimbing masyarakat memahamkan pandemi, terutama memahamkan kelompok fatalis dan kelompok rasional saklek.
Dua kelompok itu menurut Mu’ti telah muncul di abad pertama Hijriyah. Kelompok fatalis adalah mereka yang dinamakan Jabbariyah dan kelompok rasional saklek adalah kelompok yang dinamakan Qaddariyah.
“Yang pertama itu tentang kelompok Jabbariyah atau fatalistis yang berpendapat bahwa hidup mati itu Allah yang mengatur, jadi tak usah takut dengan Covid. Kalau ditakdirkan hidup ya hidup dan kalau ditakdirkan mati ya mati,” jelas Mu’ti dalam forum Rakyat Merdeka Tv, Senin (9/8).
“Nah kelompok ini saya sebut sebagai fatalis karena tidak sekadar melihat masalah hidup dan mati itu dari takdir, tapi mereka juga menggunakan ayat-ayat dan hadis-hadis yang sebagian besarnya hadis-hadis itu adalah hadis yang daif. Misalnya mereka berkeyakinan bahwa kalau ada musibah, maka tempat berlindung yang paling aman adalah masjid. Itu dijadikan alasan oleh mereka untuk tidak setuju masjid itu dibatasi kegiatannya terus ditutup selama Covid,” imbuh Mu’ti.
Berbeda dengan kelompok Jabbariyah yang menggunakan perangkat dalil untuk menghadapi fenomena alam secara kurang tepat, kelompok Qaddariyah justru berpedoman hanya pada ilmu pengetahuan semata tanpa dalil agama.
“Bahwa masalah ini menurut Qaddariyah adalah murni saintifik, sehingga kalau aturan diikuti maka tidak ada orang yang terkena. Sehingga saya kira tidak demikian halnya, mohon maaf banyak yang terkena itu para dokter yang juga mengikuti protokol,” kata Mu’ti.
“Banyak yang wafat itu adalah mereka yang juga mengikuti protokol kesehatan. Tetapi kita kan meyakini bahwa ada ikhtiar-ikhtiar yang memang sifatnya itu ilmiah dan itu bagian dari kwajiban kita tapi juga ada satu keyakinan bahwa memang ikhtiar manusia itu ada limitnya. Nah itulah yang menjadi otoritas Allah,” tambahnya.
Masih banyaknya irisan masyarakat yang berada di salah satu kelompok ini bagi Mu’ti adalah tugas Muhammadiyah bersama organisasi keagamaan lainnya untuk memberikan pemahaman yang wasathiyah, yaitu menggunakan ilmu dan dalil secara harmonis dan sesuai akal sehat.
“Pandemi Covid-19 ini adalah ujian keimanan, ujian kebangsaan kita, dan ujian ketahanan sosial kita dan ujian persatuan kita yang sangat gamblang ada di hadapan kita,” kata Mu’ti.
“Sehingga saya kira yang bisa diterima adalah penjelasan dari kelompok ahlu sunnah di mana manusia punya kewajiban untuk berikhtiar sesuai dengan kemampuan-kemampuan insaniyahnya, sebatas kemampuan berikhtiar secara ilmiah, diniyah atau secara spiritual tapi nanti ada limit hidup dan mati itu Allah yang menentukan,” imbuh Mu’ti.
“Oleh karena itu dengan penjelasan-penjelasan seperti itu alhamdulillah masyarakat semakin banyak yang percaya, walaupun juga ada sebagian masyarakat yang percaya setelah mereka sendiri terkena. Nah inilah yang terus kami lakukan dan ini menjadi bagian dari perjuangan di Muhammadiyah,” pungkasnya.