MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Bagi orang beriman, hidup sejatinya merupalkan panggung ujian. Allah berfirman, “Setiap jiwa pasti akan mati. Dan, Kami uji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan; kepada Kamilah kalian kembali.” (QS al-Anbiya’: 35). Menurut Muhammad Ichsan, ujian berupa keburukan dan kebaikan untuk meningkatkan derajat di sisi Allah.
“Yang paling penting untuk kita ketahui adalah bahwasannya sesudah kesulitan pasti ada kemudahan. Bahkan kemudahan yang didatangkan Allah Swt untuk setiap satu kesulitan itu ada dua kemudahan,” terang Muh Ichsan pada Jumat (06/08).
Muh Ichsan menjelaskan cara agar terbebas dari kesulitan hidup, yaitu: pertama, dengan ilmu pengetahuan. Setiap persoalan hidup apabila mengetahui ilmunya akan langsung menginvestigasi akar permasalahannya, mengurutkan setiap kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, lalu lambat laut akan menemukan pangkal solusinya.
“Kata Imam Syafii, Barangsiapa yang ingin sukses di dunia maka hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang ingin sukses di akhirat maka hendaklah dengan ilmu, dan barangsiapa yang ingin sukses pada keduanya (dunia dan akhirat) maka hendaklah dengan ilmu (pula),” kutip anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah ini.
Kedua, selalu intropeksi diri. Muh Ichsan mengungkapkan barangkali banyak dosa dan khilaf yang membuat Allah menetapkan ujian berupa kesulitan bagi manusia. Bisa jadi dari gaya hidup yang salah sehingga banyak masalah. Ketiga, mengembalikan segalanya kepada Allah. Muh Ichsan mengajak agar segenap orang beriman selalu mendekatkan diri kepada Allah.
“Marilah kita mendekatkan diri kepada Allah, meminta tolong kepada Allah. Dan pada kasus Covid-19, umat Islam kurang tadharru kepada Allah untuk mengatasi permasalahan yang besar ini. kita kurang meminta tolong kepada Allah Swt. Kita tidak boleh berputus asa,” kata dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Muh Ichsan menerangkan bahwa orang beriman yang menyadari posisi dirinya dalam hidup akan melihat kesulitan sebagai kesempatan untuk tetap istiqamah dalam kebaikan. Ketika didera kesulitan, ia akan tetap ingat Allah, tetap baik dalam hubungan sosial dan bersabar dengan apa yang dialami. “Kita tidak perlu cemas, kita masih memiliki Allah,” imbuhnya.
Keempat, ikhtiar dan tawakal. Tugas orang beriman adalah berusaha maksimal dan bertawakal. Gigihnya ikhtiar, tidak boleh sampai melemahkan tawakal seorang hamba kepada Allah SWT. Begitu pula dengan kuatnya tawakal kepada Allah, tidak boleh sampai melemahkan ikhtiar.
“Marilah kita menjadi orang-orang yang tidak saja mampu mengatasi permasalahan hidup kita, tetapi kita bahkan harus menjadi orang yang suka menolong kehidupan orang lain, kesusahan orang lain,” tutur Muh Ichsan.