MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Gerak kemanusiaan Muhammadiyah adalah bagian dari dakwah inklusif yang didasari oleh Alquran dan hadist untuk menerjemahkan risalah rahmat bagi seluruh penghuni alam semesta.
Oleh karena itu, Muhammadiyah tidak pernah diskriminatif dalam memberikan pelayanan kemanusiaan. Sebaliknya, Muhammadiyah diingatkan terus merawat keberagaman yang telah menjadi ciri dari Indonesia.
“Perjuangan tentu tidak bisa dilakukan sendiri oleh Muhammadiyah, maka kita ortomnya, termasuk perempuannya tentu juga berikhtiar untuk menerjemahkan nilai-nilai Islam untuk Indonesia yang berkemajuan,” kata Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Shoimah Kastolani dalam peringatan milad ke-93 tahun Nasyiatul Aisyiyah, Sabtu (7/8).
“Hal ini kita lakukan bukan untuk warga Muhammadiyah, tapi secara fakta juga untuk masyarakat luas karena kita memahami bahwa Indonesia adalah bangsa yang memiliki keanekargaman suku, bahasa, etnis, warna kulit dan agama yang menjadi aset bangsa dan akan tetap bersatu membentuk harmoni di dalam wadah Keindonesiaan,” lanjutnya.
“Maka secara teologi, keanekaragaman bangsa Indonesia dalam berbagai aspeknya merupakan kehendak Allah yang harus kita sikapi dengan kearifan. Hal ini tentu saja terus mendorong kita Muhammadiyah termasuk ortomnya ‘Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah ingin terus membantu memajukan masyarakat,” kata Kastolani.
Lebih jauh, Kastolani menyiratkan bahwa bagi Muhammadiyah, ‘Aisyiyah maupun Nasyiatul Aisyiyah, tujuan dari gerak kemanusiaan Muhammadiyah bukanlah mengislamkan orang, tapi adalah untuk membentuk masyarakat yang mandiri.
Masyarakat mandiri, menurutnya ditandai dengan kemampuan mereka untuk mengelola potensi dan menemukan cara terbaik penyelesaian masalah dari berbagai problem yang dijumpainya.
“Dan kami melihat dalam kegiatan pandemi ini banyak dilakukan sampai ke bawah apakah lewat lumbung hidup, dengan Getapak (Gerakan Ketahanan Pangan Keluarga), atau dengan lumbung gizi yang itu dilakukan sampai Jumat berkah dilakukan,” ungkapnya.
“Kami lihat perkembangan di bawah, ‘Aisyiyah selalu menggandeng Nasyiatul Aisyiyah dan yang tadinya Nasyiatul Aisyiyah kurang semangat, maka bersama-sama dengan ‘Aisyiyah, geliat itu tersemangati. Mudah-mudahan ini terus dilakukan dan kita para perempuan bisa selalu berbuat untuk masyarakat, untuk memajukan masyarakat,” imbuhnya.
Terakhir, Kastolani berpesan kepada para pegiat Nasyiatul Aisyiyah untuk tidak terjebak dalam seminar-seminar webinar saja, tapi juga harus berbuat nyata di masyarakat.
“Kami berpesan pada adik-adik Nasyiatul Aisyiyah, jangan sampai kita terjebak pada teori-teori di webinar. Dalam keterbatasan bagaimanapun kita harus tetap berbuat nyata karena kita ini adalah sebuah gerakan,” tutupnya.