MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Muhammadiyah telah kehilangan salah satu pakar pendidikan terbaiknya Prof Baedhowi, Ahad, 4 Juli 2021. Hal ini menyimpan duka yang dalam bagi pimpinan dan warga Muhammadiyah mengingat jejaknya yang turut mengembangkan pendidikan di Muhammadiyah.
“Semoga beliau meninggal dalam keadaan khusnul khotimah, diampuni segala dosanya, ditempatkan di tempat terbaik di sisi Allah serta kita semua yang ditinggalkan dapat melanjutkan jasa dan perjuangan beliau,” ujar Abdul Mut’ti, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah.
“Satu hal yang saya sangat terkesan adalah bagaimana kesederhanaan Pak Baedhowi dan bagaimana beliau ini memang menjadi orang yang sangat menekuni pendidikan. Berapa saat lalu saya sempat ngobrol panjang dengan beliau dan beliau menceritakan bagaimana perjalanan kariernya, mulai dari menjadi Guru di Gunung Kidul sampai kemudian menjadi guru di Sekolah Indonesia di Bangkok kemudian juga kembali ke tanah air untuk mengabdi di Kementrian Pendidikan Nasional dan bagaimana beliau memulai karier di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,” papar Mu’ti.
Mu’ti mengaku banyak belajar kepada Prof Baedhowi tentang bagaimana pelajaran hidup yang seperti mengalir begitu saja dan Allah sepertinya senantiasa memberikan jalan dan kemudahan ke beliau untuk senantiasa untuk memberikan yang terbaik bagi umat dan bangsa. “Ini saya kira sebuah pembelajaran yang sangat bermakna bagi saya terutama memang kalau kita lihat dari sisi usia tentu beliau ini wafat di usia 72 tahun saya kira ini perjalanan yang panjang yang kalau kita membaca hadis nabi diantara hamba Allah yang terbaik adalah orang yang panjang umurnya dan banyak amalnya,”tuturnya.
Prof Baedhowi adalah teladan kita, hamba Allah yang diberikan umur yang panjang dan juga amal saleh dalam kehidupannya. Umur 72 tahun itu kalau diukur dari usia nabi tentu jauh melebihi.
“Saya kira saya banyak belajar dari Prof Baedhowi sebagai seorang pemimpin yang senantiasa patuh kepada pimpinan sehingga Prof Baedhowi ini salah satu majelis yang sangat banyak bersurat kepada PP terutama menyangkut kebijakan yang sangat strategis. Prof Bedhowi sangat berhati-hati dan sangat bijak di dalam melangkah dan karena itu kita melihat bagaimana komitmen beliau serasa samina wa atho’na kepada pimpinan,” terangnya.
Mu’ti menceritakan ketika Muhammadiyah menetapkan keputusan terhadap program POP yang beliau berkali-kali menyampaikan pandangan dan sungguh tidak mudah bagi Prof Baedhowi sebagai seorang mantan Dirjen, Sekjend dan berdiri mengambil sikap pada konteks itu tidak sejalan dengan Pemerintah. Tapi beliau senantiasa memberikan masukan-masukan bahkan pada saya apa yang perlu saya sampaikan ke publik.
Prof Baedhowi adalah tokoh yang hebat, seorang senior yang mau mendengar apa yang menjadi masukan para pimpinan dan tentu saja saja ini menjadi berbagai kepribribadian beliau misalnya bagaimana Prof Baedhowi ketika di Kemendikbud itu lebih suka makan di warung rakyat daripada restoran. Kedekatan beliau itu tidak pernah memandang struktur dan ini yang menjadi kedekatan kita bersama.
“Saya juga melihat bagaimana Prof Baedhowi mencoba melihat pengembangan pendidikan Muhammadiyah itu sebagai sebuah gerakan secara nasional ketika beliau bersama tim di majelis dikdasmen menyusun peta jalan pendidikan dan lagi-lagi beliau adalah seorang pembelajar dan pendengar yang baik sehingga ketika sedang menyampaikan paparan di PP Muhammadiyah, beliau mendengarkan dengan seksama dan melakukan uoaya revisi dan perubahan agar bagaimana peta jalan pendidikan itu menjadi peta pendidikan Muhammadiyah yang terukur dan juga memang menjadi bagian dari bagaimana Muhammadiyah ini bisa terus memajukan pendidikan,” ungkap Mu’ti.