MUHAMMADIYAH.ID, SLEMAN – Ulama kharismatik Muhammadiyah Buya Ahmad Syafi’I Ma’arif mengungkapkan bahwa saat ini Indonesia mengalami krisis negarawan.
Para pegiat partai politik menurutnya lebih banyak mementingkan kepentingan partai daripada kepentingan rakyat. Hal itu dijelaskannya pasca kunjungan Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang bersama Menko Perekonomian RI Airlangga Hartanto di kediamannya, Sabtu (19/6).
Sebagai contoh, Buya Syafi’i mengkritik sistem kabinet presidensil yang lebih nampak berbau parlementer. Hasilnya, kabinet diisi bukan berdasarkan meritokrasi (keahlian) tapi berdasarkan dominasi partai.
“Partai-partai itu kan haluannya tidak sama. Mereka punya kepentingan strategi masing-masing. Jadi, karena ini kan presidensial tapi terasa seperti parlementer. Itu sulit sekali, sangat sulit. Itu salah satu bentuk. Tapi itu hasil politik, mau apa? ” tanyanya.
Di lain hal, Buya juga menyatakan keprihatinan atas kualitas hukum, komitmen terhadap KPK yang tidak ideal hingga penanganan pandemi yang berlarut-larut.
“Ya, tentang krisis (negarawan). Tantangan kita kan berat. Covid, korupsi masih merajalela begini. KPK juga tidak seperti kita harapkan. Hukum juga begitu,” ungkapnya.
Tema-tema di atas, menurut Buya dibicarakan bersama Menko Perekonomian dan Menteri Perdagangan dalam silaturahmi yang berjalan sekira satu jam.
“Ini silaturahmi dengan anak bangsa,” ucapnya.
“Diskusinya panjang dan hangat. Terus terang saya baru pertama kali (ngobrol dengan Airlangga). Dari Menko ada empat, ini (Airlangga) yang terakhir datang ke rumah. Yang lain sudah datang semua,” ungkapnya.
Terkait dengan problem-problem kebangsaan yagn disinggung di awal, Buya Syafi’I berharap segera menemukan solusinya. Kepada masyarakat, Buya berpesan agar tetap mencintai bangsa ini dengan segala kekurangannya.
“Ya sudah lalui saja. Yang penting menurut saya kesetiaan kepada bangsa dan negara ini jangan sampai lemah, berkurang. Timbulkan kembali patriotisme, nasionalisme,” tutupnya.