MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Mengembangkan Pondok Pesantren (pontren) Muhammadiyah memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, terlebih di masa pandemi covid-19 ini pesantren harus menemukan formula yang tepat terkait pelaksanaan pembelajaran.
Pontren Muhammadiyah sudah semestinya mengikuti perkembangan zaman dan kemajuan teknologi sehingga para santrinya juga tak ketinggalan informasi. Selain itu, membangun jaringan dengan banyak pihak agar semakin melebarkan sayapnya.
Muhadjir Effendy, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) mengatakan selain membangun jaringan pontren Muhammadiyah juga diimbau punya Kiai. Kiai yang di maksud Muhadjir adalah Kiai sesungguhnya yang tidak ada Surat keputusan khusus dari PP Muhammadiyah.
“Dan dia (Kia) diberi kehormatan secara abadi di situ sampai meninggal. Kalau perlu makamnya juga disiapkan di situ, sehingga orang kalau orang berkunjung ke pondok juga sekaligus berkunjung ke makam untuk berziarah,” terang Muhadjir, pada Webinar LP2M PP Muhammadiyah, Jumat (26/2).
Muhadjir menyayangkan makam tokoh-tokoh Muhammadiyah yang masih belum jelas keberadaannya. Meski begitu, jikalaupun ada makam para tokoh Muhammadiyah Ia mengimbau agar tetap dibuat sederhana.
“Sederhana dan jangan dimewah-mewah. Namanya saja kuburan. Tapi jangan sampai kita kehilangan jejak tokoh-tokoh kita,” kata Ketua PP Muhammadiyah ini.
Selain itu, Muhadjir menyampaikan para pendidik di Pondok diharapkan bisa memotivasi para siswanya untuk bercita-cita membuat pondok di masa depan. Sehingga, pondok yang mereka buat bisa berafiliasi dengan Muhammadiyah.
Jika ingin meluaskan jaringan, lanjut Muhadjir, perlu menjadikan Muhammadiyah sebagai state of mind, gerakan pemikiran, sehingga pondok pesantren yang berhaluan Muhammadiyah walaupun tidak berafiliasi harus digandeng dan diakomodasi.