MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Guru Besar Sejarah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra meragukan manfaat konsep program Merdeka Belajar setelah berjalan hampir dua tahun.
Menurut Azyumardi, program Merdeka Belajar tidak banyak mengubah hal yang esensial di dalam dunia pendidikan seperti adanya perubahan kurikulum secara lebih terbuka dan lebih ringan.
“Yang saya lihat Merdeka Belajar di sini ini hanya sebagai pendekatannya sangat normatif. Bukan pendidikan yang betul-betul merdeka. Kalau Merdeka Belajar itu, mata pelajaran sedikit, yang pokok-pokok saja, selebihnya cari sendiri,” tuturnya dalam FGD Peta Jalan Pendidikan Kemendikbud yang diselenggarakan oleh Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah, Senin (1/3).
Azyumardi menyayangkan masih adanya filosofi Tabula Rasa dalam sistem pendidikan yang membuat sistem pedagogis (metode pengajaran) masih bergerak secara doktrinal atau mendikte.
“Maka filsafat pendidikannya harus diubah dari filsafat pendidikan Tabula Rasa menjadi filsafat pendidikan yang memandang peserta didik itu sebagai makhluk yang sempurna, bukan mahkluk yang tidak tahu apa-apa sehingga harus dijejali dengan berbagai macam ilmu pengetahuan,” kritiknya.
Filosofi Tabula Rasa sendiri merupakan gagasan John Locke yang telah pakem digunakan dalam dunia pendidikan di Indonesia selama ini.
Tabula Rasa memandang bahwa setiap manusia lahir ibarat kertas kosong yang dapat diisi oleh pengajaran didaktis. Azyumardi memandang, sistem ini sudah tidak relevan dengan dinamika zaman yang telah membuka ruang akses informasi seluas-luasnya.
“Perlu pedagogi baru. Kalau dulu itu guru kita, para dosen merasa paling tahu dibandingkan dengan murid-muridnya, dengan mahasiswanya. Itu sudah ketinggalan pedagogi seperti itu yang mendikte muridnya, tidak membiarkan pikiran muridnya itu berkembang, itu pedagogi yang sudah ketinggalan lama,” jelasnya.
“Pedagoginya harus diubah, pada pedagogi yang membebaskan, yang transformatif bagi peserta didik sehingga kemudian ilmu pengetahuan, keterampilan dan kecakapan itu dengan cepat bisa terinternalisasi,” tegasnya.