MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA– Nano-nano rasanya menjadi dokter yang memberikan pelayanan kesehatan di tengah bencana, mulai dari keterbatasan alat dan obat, sampai tenda tempat pelayanan ambruk bahkan terbang terbawa angin.
Pengalaman tersebut disampaikan oleh dr. Ribkhi Amalia Putri, dokter dari Emergency Medical Team (EMT) Nasional Muhammadiyah ketika memberikan pelayanan kesehatan di saat bencana Sulawesi Barat beberapa waktu lalu.
Di saat bencana, bisa dipastikan pelayanan kesehatan menjadi kebutuhan mendesak untuk segera dipulihkan. Sehingga dirinya bersama relawan yang tergabung dalam EMT Nasional Muhammadiyah berusaha mengaktifkan kembali pelayanan kesehatan yang sempat ‘mati’ pasca bencana.
“Kita melayani di rumah sakit yang menjadi rujukan satu kabupaten, kemudian fungsi puskesmas juga belum pulih benar. Selain itu kita juga melakukan koordinasi supaya bagaimana caranya bisa mengaktifkan puskesmas yang ada supaya mengurangi loading rumah sakit regional,” tuturnya pada (2/2) dalam acara Healthy Corner.
Selain kendala akibat tenaga medis yang masih trauma akibat bencana, kendala lain yang ia alami selama pelayanan kesehatan ketika bencana di Sulbar adalah alternatif tempat pelayanan yang jauh dari kata baik. Karena bangunan fasilitas kesehatan rusak, alhasil pelayanan kesehatan terpaksa dilakukan di bawah tenda.
“Kalau hujan lebat itu tenda bisa terbang keterpa angin, juga bisa becek. Namun alhamdulillah dengan assesment yang tepat, koordinasi lagi, dan kemudian tenda-tenda mulai diperbaiki,” ucap dokter yang juga bagian dari RS Islam Cempaka Putih, Jakarta ini.
Kendala lain adalah minimnya sarana prasarana untuk bayi yang baru lahir, karena dalam proses persalinan bukan hanya memastikan ibunya aman, tapi juga bayi yang dilahirkan juga harus aman.
Dokter yang sempat viral karena berhasil menolong ibu melahirkan anak kembar saat gempa Sulbar beberapa waktu lalu ini menyarankan, selain memberikan bantuan berupa logistik umum, tapi juga memberikan bantuan yang dibutuhkan untuk keperluan bayi. Artinya, diperlukan penanggulangan bencana perspektif anak.