MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA– Perkembangan pesantren Muhammadiyah (PotrenMu) saat ini menggembirakan, tercatat pada tahun 2020 Muhammadiyah telah memiliki 364 pesantren di seluruh Indonesia. Jumlah tersebut meningkat dari tahun 2019 yang berjumlah 324 pesantren.
Ketua Lembaga Pesantren (LP2) PP Muhammadiyah, Maskuri pada (30/1) dalam serial Webinar LP2PPM memaparkan, keberadaan Pondok Pesantren Muhammadiyah (PontrenMu) sering sejalan dengan keberadaan lembaga pendidikan formal madrasah/sekolah.
Ia mencatat pada satu dekade terakhir, muncul nomenklatur baru yaitu Muhammadiyah Boarding School (MBS). Maskuri menjelaskan, MBS terbagi menjadi dua bentuk. Pertama, kesatuan lembaga pendidikan mulai dari SMP, SMA dan Pesantren.
“Kedua MBS dalam bentuk program, yaitu sekolah atau madrasah yang menambahkan program unggulannya semacam program pesantren. Tapi tidak mengajukan/mendaftarkan diri sebagai pesantren secara resmi,” terusnya
Di sisi lain, saat ini juga ada panti asuhan Muhammadiyah yang menggembangkan kegiatan atau program kepesantrenan. Realitas tersebut menurutnya harus dipikirkan dengan serius dan terkait kepesantrenan harus ditata ulang.
Perkembangan Pontremu yang begitu pesat diharapkan bisa melanjutkan studi tingkat tinggi. Menurutnya tidak boleh hanya belajar di kampus-kampus lokal, tapi kalau bisa harus bisa tembus sampai universitas-universitas terbaik di dunia.
“Saat ini problem pesantren Muhammadiyah tumbuh dan berkembang pesat, tapi kita kelangkaan ustadz-ustadzah,” tuturnya.
Sehingga alumni Pontrenmu sebagai kader Muhammadiyah yang melanjutkan pendidikan tingkat tingi baik yang di dalam dan luar negeri, bisa kembali ke Muhammadiyah dan turut serta mengembangkan pesantren Muhammadiyah.
Secara spesifik Maskuri menyebut, lulusan Pontrenmu bisa mengabdi ke majelis-majelis yang ada di Muhammadiyah. Baik di tingkat pusat, wilayah, daerah, cabang, ataupun ranting.
“Ini saya kira kebutuhan yang perlu dipikirkan mulai sekarang, sehingga perkembangan Muhammadiyah kedepan didukung oleh kader-kader betul-betul tafaqquh fiddin (memperdalam ilmu agama),” imbuhnya
Kader-kader Muhammadiyah yang akan menempati pos-pos kepemimpinan di masa depan harus didesain mulai dari sekarang. Bukan hanya pimpinan di level persyarikatan, tapi juga level internasional, nasional, dan lokal.