MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Soekarno merupakan presiden pertama Republik Indonesia yang sukses menjadi tokoh pemersatu bangsa. Salah satunya bagaimana kedekatan Bung Karno dengan kelompok Islam seperti Muhammadiyah lantaran adanya kesamaan pandangan mengenai kesejahteraan masyarakat dan tujuan dalam membela orang-orang lemah. Hal tersebut mengantarkannya menjadi Ketua Bagian Pengajaran Muhammadiyah saat pengasingan di Bengkulu.
“Sejarah panjang kehidupannya tidak menunjukkan bahwa ia anti terhadap Islam. Pemikirannya tentang Islam pun mengacu kepada KH. Ahmad Dahlan yang notabene pendiri Muhammadiyah,” tutur Prof Abdul Mu’ti dalam Kajian Buku Sukarno dan Islam pada Rabu (20/01).
Dalam peringatan setengah abad Muhammadiyah, Sang Proklamator ini menyampaikan orasi yang cukup fenomenal: ‘Makin Lama Makin Cinta’. Bahkan pada masa kepemimpinan KH Ahmad Badawi, Soekarno mendapatkan Bintang Muhammadiyah. Mu’ti menuturkan bahwa hal tersebut sebagai bukti historis bahwa Soekarno merupakan seorang muslim yang memiliki ketaan dalam menjalankan agamanya.
Sebab itulah, kata Mu’ti, persoalan agama dan keindonesia tidak perlu lagi diperdebatkan. Soekarno merupakan seorang prototipe yang sempurna bagaimana keislaman dan keindonesiaan bisa menyatu menjadi pribadi yang religius dan juga nasionalis. Tidak hanya itu, Soekarno juga merupakan seorang muslim yang terbuka, cair dan dapat bergaul dengan kelompok mana pun.
“Seorang muslim tidak perlu canggung dengan dunia modern dan kemudian tidak perlu kehilangan identitas keislamannya ketika dia masuk ke dunia modern yang begitu terbuka,” tutur Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah ini. (ilham)