MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Sebelas bulan menghadapi pandemi, Indonesia telah mencatat 989 ribu kasus penularan dan 27 ribu kasus meninggal dunia karena Covid-19. Angka tersebut membuat Indonesia menjadi negara dengan kondisi penanganan pandemi terburuk di wilayah Asean.
Wakil Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Arif Jamali Mu’is yakin bahwa selain angka di atas, kasus yang tidak tercatat lebih besar lagi.
“Itulah yang kemudian disebut sebagai fenomena gunung es terhadapap kasus ini. Di atas keliahatan tiga belas ribu (kasus tanggal 21/1/2020), tapi kemungkinan besar fenomena di bawah kasus itu kayak gunung es yang di lautan itu sangat besar. Itu yang selalu kita khawatirkan tidak terkendali,” tuturnya.
Dalam forum webinar Muinshow Madrasah Muallimin Jogja, Ahad (24/1) Arif yang juga aktif di Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) menyaksikan sendiri dalam sebulan ini rumah sakit di wilayah Yogyakarta hampir 90 persen terisi akibat lonjakan kenaikan kasus.
“Di DIY, dulu hanya 60, paling tinggi 100. Tapi tidak di tiga hari terakhir yang menyentuh sampai 400. Tanggal 22 ada 473 kasus dengan yang dites PCR sebanyak 1.073 sampel. Berarti ada 40 persen, artinya kalau yang dites orang 100, yang positif 40,” jelasnya khawatir.
Selain peningkatan kasus penularan, per 2 Januari 2021, 504 tenaga kesehatan gugur karena terinfeksi Covid-19. Angka tersebut membuat kasus kematian nakes di Indonesia menjadi yang tertinggi di Asia dan terbanyak kelima di dunia.
Angka tersebut diperburuk dengan jumlah tenaga kesehatan yang gugur. Menurut Arif, jika ada 9 kasus terkonfirmasi di Indonesia, maka salah satunya adalah anak-anak.
“Per tanggal 29 November 2020, proporsi kematian anak akibat Covid-19 dibanding seluruh kasus kematian di Indonesia adalah sebesar 3,2% dan merupakan tertinggi di Asia Pasifik,” imbuhnya.
Mengutip celetukan tokoh Majelis Ekonomi Muhammadiyah Herry Zudianto, Arif menyebut keadaan Covid di Indonesia itu telah beralih dari ‘lotre’ menjadi ‘arisan’. Artinya, status kegawatdaruratan Covid sudah sedemikian parah sehingga membutuhkan kehati-hatian dan kewaspadaan ekstra.
“Saya meyakini jika kita bersungguh-sungguh keluar, itu bagian dari jihad. Ini nyata, tidak lagi ini bagian dari konspirasi. Ini sangat nyata. Ini ada betul dan kita menghadapi situasi yang tidak baik-baik saja,” jelasnya. (afn)