MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA – Bencana alam tidak sepatutnya dipahami mutlak sebagai satu azab. Namun bencana adalah satu bentuk sunatullah yang tidak bisa dicegah, tetapi bisa dipersiapkan untuk meminimalisir dampaknya (mitigasi).
Karenanya, Ketua lembaga penanggulangan bencana Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Budi Setiawan menganggap perlu untuk terus mendidik masyarakat menumbuhkan kesadaran mitigasi.
“Perkiraan resiko kurang siap dalam menghadapi bencana menjadi parah dampaknya ketika masyarakat miskin, pendidikan rendah menjadi korban. Ini bisa bertambah jika tidak dibangun sistem tanggap darurat untuk pemenuhan kebutuhan dasar dan rehabilitasi,” ujar Budi Setiawan, Kamis (24/12).
Budi menyampaikan bahwa tingginya angka korban meninggal dunia akibat bencana alam di Indonesia sejak tsunami Aceh (2004) hingga Palu Donggala setahun lalu karena sistem mitigasi pemerintah dan kesadaran tanggap darurat masyarakat yang belum memadai.
“Mengapa korban begitu banyak? Episentrum. Populasi masyarakat dekat kawasan pantai. Akses informasi terbatas dan sarana pendukung tidak ada. Sistem peringatan dini ada di Samudera Pasifik tapi tidak ada di Samudera Hindia, padahal 85 persen secara historis (bencana alam) terjadi di sini,” jelasnya.
Dalam webinar “Siaga Bencana Di Era Pandemi Covid-19” Prodi Teknik Sipil Unmuha Aceh, lebih lanjut Budi menyampaikan bahwa Muhammadiyah baru memperhatikan kesadaran mitigasi bencana setelah melalui sekian kerja kemanusiaan di Aceh (tsunami 2004) dan Yogyakarta (gempa 2006).
“Di Aceh memang Muhammadiyah membentuk tim ad hoc tapi masih bersifat sebagai respon. 2007 setelah Gempa Padang baru kita sadar bahwa bencana akan bisa kita tanggapi dengan baik jika kita mempersiapkannya. Maka 2007 didirikan MDMC, dan 2010 diformalkan,” ungkapnya.
Bertahun-tahun terjun di dalam penanganan bencana, Budi Setiawan optimis dengan masa depan mitigasi di Indonesia meskipun menurutnya masih banyak PR yang harus dikerjakan. BMKG maupun BNPB misalnya, menurutnya sudah bekerja kompeten dan aktif memberikan informasi melalui media sosial. (afn)