Keberadaan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia dan mungkin di Negara-negara lain tidak hanya membawa misi kemuhammadiyahan, melainkan juga misi pengenalan kebudayaan Indonesia ke luar negeri. Sehingga keberadaan lini bisnis yang dimiliki Muhammadiyah juga sebagai alat diplomasi.
Misi itu diantaranya adalah mengenalkan kuliner khas Indonesia, seperti yang dilakukan oleh PCIM Malaysia ketika membuka Warung Soto Lamongan (Wasola). Fauzi Fatkhur, Ketua Majelis Ekonomi (MEK) PCIM Malaysia menuturkan, gerakan ekonomi yang dilakukan oleh PCIM Malaysia ditopang bersama atau secara berjamaah ini juga membawa misi pengenalan kuliner khas Indonesia.
Meski diprakarsai oleh MEK PCIM Malaysia, namun berdirinya Wasola tidak bisa dilepaskan dari peran Pekerja Migran Indonesia (PMI) anggota Muhammadiyah. Kelebihan gerakan ekonomi jamaah yang dilakukan oleh PCIM Malaysia ini berdampak positif, meski dengan modal yang tidak seberapa akan tetapi mampu merealisasikan Wasola.
Sambutan positif juga datang dari Atase Politik KBRI Kuala Lumpur, Agus Badrul Jamal. Keberadaan Wasola menurutnya sebagai pemacu semangat wirausaha para PMI, serta menjadi sarana wisata kuliner dan diplomasi kuliner di Malaysia.
“Hari ini sama-sama kita saksikan bagaimana PCIM menggerakkan perekonomian dalam bidang ekonomi. Kami dari KBRI Kuala Lumpur menyambut baik inisiatif dan usaha-usaha yang dirintis Muhammadiyah dalam rangka membantu menggerakkan roda perekonomian Muhammadiyah,” katanya.
Wasola berlokasi di Wisma Sabarudin, Jalan Raja Alang, Kampung Baru, Kuala Lumpur, Malaysia. Fauzi menuturkan, sejak diresmikan pada tahun 2020, Wasola berhasil menarik banyak perhatian khususnya WNI yang ada di Malaysia. Selain itu, tidak sedikit warga lokal Malaysia yang ikut merasakan segarnya Soto Lamongan di Wasola.
“Banyak juga warga Malaysia yang diajak kawan-kawan ke sini,” tuturnya kepada reporter muhammadiyah.or.id pada (21/1).
Kini meski pelan, Wasola tetap bisa berjalan untuk memenuhi kerinduan WNI akan cita rasa nusantara. Wasola kini setiap harinya berhasil memperoleh pendapatan lebih dari RM1000 atau lebih dari Tiga Juta Rupiah tiap harinya. Pendapatan itu akan naik ketika di akhir pekan, kenaikannya bisa sampai tiga kali lipat.
“Ketika Hari Minggu atau hari-hari penting begitu tidak tentu, kadang sampai RM1500, kadang-kadang sampai RM3000,” ucap Fauzi.
Wasola sering menjadi jujugan WNI yang tinggal di Malaysia, sebab Wasola bukan hanya sebagai tempat perhentian untuk mengenyangkan perut, tapi Wasola juga sebagai tempat bernostalgia dengan kampung halaman nan jauh. Hal itu karena keberadaannya di tengah-tengah Komunitas WNI dan juga cita rasa makanan yang ditawarkan.
Dari Jamaah Menjadi Jaringan Rumah Makan Muhammadiyah di Malaysia
Ketua PCIM Malaysia, Sony Zulhuda waktu peresmian Wasola mengatakan bahwa, Wasloa adalah sejarah bagi Muhammadiyah. Sebab Wasola adalah AUM bidang bisnis pertama di luar negeri yang berdiri secara formal.
Sony Zulhuda juga menyebut gerakan ini sebagai bagian tidak terpisahkan dari eksistensi jamaah Muhammadiyah di Malaysia. Menurutnya, DNA Muhammadiyah sebagai gerakan pemberdayaan, pembebasan, menggembirakan dan mencerahkan tertanam kuat pada setiap Anggota Muhammadiyah di sana.
“Idenya ini sudah lama. Dalam DNA kita tidak lepas dari gerakan pemberdayaan, gerakan pembebasan, menggembirakan dan mencerahkan. Semua ini terkumpul dalam visi dan misi kita dalam menjalankan kegiatan Muhammadiyah,” katanya.
Selain itu, konsep bisnis jamaah ini membentuk jaring pengaman. Sebab di masa pandemi covid-19 di mana semua lini ekonomi terdampak, termasuk usaha kuliner, Wasola tetap bisa melangsungkan hidupnya. Karena rasa memiliki Wasola oleh Warga Muhammadiyah menjadi rasa pembelaan untuk menghidupi Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) ini.
Selain Wasola, Fauzi menyebut saat ini ada dua Rumah Makan yang dikelola sepenuhnya oleh jaringan Muhammadiyah di Malaysia yaitu Rumah Makan yang dimiliki Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah (PRIM) Pandan dan PRIM Sungai Way, Kampung Pecalah, Kuala Lumpur.
Kedua Rarung Makan tersebut dikelola secara mandiri oleh PRIM Pandan dan Sungai Way. Keberadaan Rumah Makan di sana untuk mencukupi kebutuhan akan dahaga kuliner WNI yang bekerja maupun yang sedang menempuh studi di Malaysia. Kedepan setelah beroperasinya Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM), Fauzi berharap gerakan ekonomi PCIM Malaysia semakin bergeliat.
Hits: 8