MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA— Muhammadiyah telah bergerak cepat untuk mengerahkan potensinya sejak awal pandemi. Bahkan Persyarikatan ini ternyata mampu menjadi contoh dalam membangun kesadaran menghadapi pandemi Covid-19. Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menegaskan bahwa hal ini sebenarnya merupakan sebuah ikhtiar bersama-sama, ormas lintas agama untuk membantu penanganan Covid-19.
“Muhammadiyah bersama komponen bangsa lainnya ketika menghadapi Covid-19 sebagai musibah terbesar, berusaha membuktikan diri sebagai gerakan Islam yang hadir memberi solusi. Poin penting ini lahir dalam proses perjalanan yang tidak mudah,” tutur Haedar dalam acara Refleksi 2 Tahun Pandemi yang diselenggarakan MCCC PP Muhammadiyah pada Selasa (28/12).
Menurut Haedar, ada tiga peran strategis yang dilakukan Muhammadiyah di dalam membangun dan menghasilkan kesadaran terhadap soal ini, yaitu: bimbingan agama, pelayanan kesehatan, dan ekonomi-sosial.
Terkait keagamaan, dalam surat edaran PP Muhammadiyah yang disusun Majelis Tarjih mengungkapkan bahwa kedatangan Covid-19 merupakan salah satu musibah serta ujian dari Allah (QS. 3:142). Ujian tersebut menuntut manusia menjaga kualitas hidup yang baik dan sehat serta menghindari hal-hal yang merusak dan mengundang penyakit. Hal itu penting dilakukan mengingat fungsi kosmik manusia yang bertugas memakmurkan alam (QS. 11:61).
“Di kalangan kaum muslimin Ketika kita berusaha untuk menghadapi musibah ini dengan prokes yang ketat salah satu implikasinya ialah salat di rumah. Mengubah ibadah dari masjid secara berjamaah kemudian munfarid di rumah itu pergulatan dan dialog yang tidak mudah,” terang Haedar.
Dalam memberikan kenyamanan ibadah pada warganya, Muhammadiyah memandang usaha aktif mencegah penularan Covid-19 merupakan bentuk ibadah yang bernilai jihad, dan sebaliknya tindakan sengaja dan gegabah yang membawa pada risiko penularan merupakan tindakan buruk/zalim. Karenanya pelaksanaan ritual keagamaan secara komunal seperti salat berjamaah di masjid dialihkan ke rumah masing-masing.
“Sekalipun terjadi musibah, misi pencerahan tidak boleh putus harus terus berdialog, bergumul sekaligus memberikan pencerdasan bagaimana agama hadir di saat kita darurat. Dan alhamdulilah secara keseluruhan pilihan untuk ibadah di rumah menjadi arus utama dari kaum muslimin,” kata Haedar.
Terkait kesehatan, Muhammadiyah memanfaatkan lebih dari 117 rumah sakit serta 63 perguruan tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah untuk membantu masyarakat yang terpapar virus corona. Kemudian, Muhammadiyah juga melakukan pendampingan medis serta mendisiplinkan protokol kesehatan. Dengan kerja keras bersama, penyebaran Covid-19 telah berhasil ditekan.
“Darurat pandemi membuat kita sadar dunia Kesehatan itu menyangkut hajat hidup terpenting yang akhirnya adalah penyelamatan nyawa manusia. Meletakkan Kesehatan sebagai bagian penting bukan hanya persoalan medis atau teknsi instrumental, melainkan ada pengkhidmatan dan kaitan dengan persoalan kemanusiaan,” terang Haedar.
Terkait sosial-ekonomi. Bangsa Indonesia punya modal pontensial berupa spirit gotong royong dan kerelawanan, hal inilah yang membuat masyarakat memiliki ketangguhan menghadapi derita. Tapi hal tersebut tidak akan berdampak apa-apa bila tidak ada kemampuan untuk mengkapitalisasi modal potensial ini menjadi system kolektif yang terkonsep dengan baik.
“Tidak bisa modal sosial kita yang hadir secara genuine itu dibiarkan. Kita harus mengkapitalisasinya menjadi system sosial yang Tangguh sehingga isu gotong royong bukan hanya pekikan pidato para elit, melainkan menjadi proses transformasi sosial yang harus kita tanamkan,”
Selain itu, Haedar menyarankan agar program-program UMKM itu perlu kapitalisasi lagi agar menjadi lebih progresif, tidak cukup hanya bertahan di program-program regular. Pasalnya, kelas masyaraka bawah adalah mereka yang paling berdampak pandemic ini sehingga sudah saatnya menghadirkan UMKM yang memiliki terobosan.
“Tahun depan kita targetkan transformasi ruhaniah agar bangsa Indonesia makin hidup aspek kemanusiaannya. Kita sudah punya modal budaya bangsa kita yang ramah dan damai, dan pandemi mengajarkan kepada kita supaya bangs akita mengkapitalisasi nilai-nilai kemanusiannya sehingga sila kedua dan kelima dapat terkoneksi dengan baik,” imbuh Haedar.
Hits: 607