MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Syafiq Mughni berpesan dalam menghadapi tahun politik 2024, para politisi supaya tidak menggunakan sentimen agama atau menggunakan identitas agama untuk mendulang suara.
Pesan tersebut disampaikan Syafiq agar pembelahan dan pembekuan masyarakat akibat politik, sebagaimana yang terjadi pada 2019. Menurutnya, politisi harus bertarung dengan fair tanpa menyeret-nyeret agama yang menyebabkan perpecahan.
“Kita seringkali melihat isu yang sebenarnya bukanlah persoalan agama, tetapi adalah persoalan di luar itu yang kemudian menyeret dan menempatkan identitas agama itu untuk kepentingan politik maupun ekonomi sebuah kelompok masyarakat”. Ucapnya pada (12/8).
Di acara Rakernas PGI se-Indonesia yang diikuti oleh perwakilan PGI dari provinsi-provinsi se Indonesia tersebut di UKDW, Guru Besar Studi Agama Islam ini menjelaskan bahwa, tantangan saat ini adalah munculnya sikap menyalahgunakan agama.
Menurutnya, menghadapi tantangan tersebut tidak cukup dengan dialog dan membangun persaudaran antar umat beragama, tetapi harus diwujudkan dalam aksi konkrit dengan melakukan advokasi-advokasi terhadap isu-isu yang tidak ada kaitannya dengan urusan keagamaan.
“Kita punya komitmen yang sama menjadikan agama sebagai kekuatan untuk melakukan perubahan sosial,” tuturnya.
Syafiq Mughni meyakinkan bahwa dalam konteks Indonesia, agama memiliki power dan pengaruh yang cukup kuat dalam masyarakat. Meski dalam konteks global berbeda, namun kenyataan tersebut tidak bisa dijadikan barometer dalam mengukur Indonesia.
Di sisi lain, Syafiq juga mewanti-wanti agar agama bisa menjadi solusi atas persoalan-persoalan kontekstual yang dihadapi oleh masyarakat. Jika hal itu tidak bisa dihadapi atau ditemukan jawabannya di agama, dikhawatirkan agama akan ditinggalkan pengikutnya.
Indonesia sebagai Negara yang menggunakan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai falsafahnya, kata Syafiq, menjadikan agama memiliki posisi yang istimewa dalam kehidupan masyarakatnya. Sekaligus sebagai komitmen umat Islam Indonesia dalam membangun Indonesia yang maju yang bersatu.
Kesatuan antar umat beragama, imbuhnya, tidak boleh hanya menjadi sebuah ketuhan yang pasif, melainkan harus menjadi kesatuan dinamis. Syafiq menjelaskan, bahwa kesatuan dinamis merupakan kesatuan yang progresif dalam membangun Indonesia sebagaimana yang dicita-citakan bersama.
Hits: 8