MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Berdasarkan QS. Al Baqarah ayat 213, umat manusia dahulunya merupakan umat yang satu. Namun terjadi penyelewengan. Akhirnya, Allah mengutus nabi untuk membawa ajaran tauhid, menyuruh kebaikan, dan mencegah kemunkaran. Kitab yang diturunkan bersama diutusnya para nabi itu membawa ajaran yang dapat memberi jalan keluar terhadap persoalan-persoalan yang diperselisihkan di antara manusia.
“Allah akan memberi petunjuk atau jalan kebenaran melalui al-Kitab yang diturunkan bersama nabi kepada orang-orang yang beriman. Salah satu fungsi al-Kitab itu adalah untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang mereka perselisihkan,” ucap Nur Kholis dalam kajian yang ditayangkan Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan pada Kamis (11/08).
Sementara itu, Nur Kholis mengungkap sejumlah pendapat mengenai waktu turunnya QS. Al Baqarah ayat 214. Pertama, ayat tersebut turun ketika perang Khandaq yang penuh dengan penderitaan karena cuaca dingin dan panas. Kedua, ayat ini turun ketika perang Uhud. Ketiga, ayat ini turun ketika perang Ahzab yang pada waktu itu Nabi Muhammad saw beserta para sahabatnya dikepung oleh musuh sehingga mengalami penderitaan yang luar biasa. Keempat, ayat ini disampaikan kepada kaum Muhajirin ketika mereka meninggalkan tempat tinggal, keluarga dan harta bendanya untuk berhijrah demi menjalankan dan menegakkan ajaran Islam.
“Ketika dalam kondisi penderitaan inilah kemudian para sahabat menanyakan kepada Nabi Muhammad saw tentang datangnya pertolongan Allah. Pertanyaan itu dijawab oleh Allah dalam ayat ini bahwa pertolongan Allah amatlah dekat,” terang Nur Kholis.
Ayat ini menjelaskan kepada manusia bahwa Allah akan memberi ujian kepada hamba-Nya dengan berbagai ujian, baik berupa kesenangan maupun penderitaan, sebagaimana umat terdahulu. Menurut Al-Sa’di, ujian maupun cobaan ini merupakan suatu keniscayaan yang tidak berubah sampai kapan pun.
Ujian ini merupakan keniscayaan untuk meraih ketinggian derajat keimanan. Hal ini yang harus disadari sepenuhnya bagi orang-orang yang beriman, bahwa ujian itu tidak selamanya berupa kesengsaraan, tetapi dapat berupa kenikmatan duniawi yang dapat melenakan. Pada saat ini, barangkali bentuk ujian kepada mereka yang menegakkan kebenaran bisa jadi tidak seberat umat-umat terdahulu. Akan tetapi, ujian itu tetap akan datang terutama bagi mereka yang berjuang menegakkan kebenaran.
“Dengan kesadaran penuh akan konsekuensi dari perjuangan dan ujian, maka seseorang menjadi tidak mudah berkeluh kesah dan putus asa ketika menghadapi ujian dan rintangan dalam hidupnya,” terang dekan Fakultas Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan ini.