MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-48 di Surakarta, 18-20 November berjalan sukses. Dua jargon Muktamar, berhasil dicapai: “Muktamar Uswah Hasanah” dan “Muktamar Bersih” atau “Muktamar Resik”.
Tak hanya sukses mewujudkan pesan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir untuk menjadikan Muktamar Uswah Hasanah yang penuh keteladanan, seluruh komponen Persyarikatan juga berhasil mewujudkan jargon kedua, yakni Green Muktamar atau Muktamar ramah lingkungan yang bersih dari sampah (zero waste).
Seperti diketahui, jauh-jauh hari sebelum Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-48 digelar, Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui Haedar Nashir dan Sekretaris Umum Abdul Mu’ti menekankan dua soal hal ini. Apalagi Muktamar diperkirakan dihadiri oleh 3 juta orang.
Duta Muktamar Bersih
Menjawab hal ini, ‘Aisyiyah menggawangi persiapannya dengan merangkul para relawan yang dinamakan sebagai Duta Muktamar Bersih untuk mengikuti pembekalan dan pelatihan beberapa bulan sebelum Muktamar.
Secara teknis, Duta Muktamar Bersih bertugas mengkampanyekan gerakan Muktamar Bersih kepada peserta dan penggembira muktamar. Mereka juga mengkampanyekan gerakan ini melalui media sosial dan seminar/webinar.
Pada Oktober, Sekretaris Majelis Lingkungan Hidup, Gatot Supangkat memperkirakan potensi timbulan sampah Muktamar sebanyak 360 ton per hari.
Green Muktamar Terwujud, Hasil Kerja Ikhlas Para Relawan
Pasca Muktamar selesai, pujian datang dari banyak pihak. Muhammadiyah dianggap sukses mengorganisir pengelolaan sampah secara baik kendati Muktamar sendiri dihadiri oleh lebih dari dua juta orang. Salah satunya pujian dari Dahlan Iskan pada 21 November 2022.
“Dan mereka gembira dengan budaya bersih dan damai di Muktamar Muhammadiyah. Termasuk tahun ini bersih secara fisik: tidak ada sampah di tengah puluhan ribu massa. Mereka sudah tahu itu. Sebelum berangkat ke Solo mereka sudah harus membawa misi green Muktamar,” tulisnya.
Meski sorotan utama ada pada waktu pembukaan, Sabtu (19/11) yang membuat sepanjang jalan Adi Sucipto dan Stadion Manahan penuh sesak oleh jutaan penggembira, fokus Persyarikatan dalam menjaga kebersihan lingkungan tidak hanya pada momen itu saja.
853 Relawan dan Duta Muktamar Bersih
Sebanyak 853 orang relawan Duta Muktamar Bersih ditugaskan di tujuh titik keramaian, yaitu Edutorium, Kampus 1, Kampus 2, Kampus 4 UMS, De’Colomadu, Jalan Adi Sucipto dan Stadion Manahan. Mereka bahkan bekerja selama 6 hari, atau 4 hari lebih lama dari gelaran Muktamar sendiri. Mayoritas relawan adalah anggota HW dan IPM.
Meski berhasil mewujudkan jargon Green Muktamar, nyatanya sosialisasi dan intensifikasi soal kebersihan masih perlu ditekankan kepada warga Persyarikatan secara terprogram. Pasalnya, kesadaran soal membuang sampah pada tempatnya belum sepenuhnya dipahami.
Dalam catatan Duta Muktamar Bersih di laman Pwmjateng, Sabtu (26/11), sebagian muktamirin masih ada yang minim kesadaran dengan meninggalkan sampah di bawah kursi atau di sekitar venue Muktamar. Pesan tertulis soal Green Muktamar dan orasi para relawan di sekitar venue masih sering terabaikan.
Duta Muktamar Bersih Punya Andil Besar
Berkat kerja ikhlas mereka, jargon Green Muktamar berhasil terwujud. Selama hampir sepekan bertugas, Duta Muktamar Bersih mengumpulkan sampah sekitar 3000-an kantong trashbag.
Ke depan, Duta Muktamar Bersih mengharapkan terwujudnya konsep kegiatan Muhammadiyah yang ramah lingkungan dan terencana secara struktur dan matang sehingga sejalan dengan isu-isu strategis yang di usung oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah terkait lingkungan.
“Rasa Lelah, kesal dan menggurutu jelas kami alami selama menjadi Duta Muktamar Bersih. Sampah yang berserakan dilapangan dan ruangan membuat kami harus bekerja lebih dalam memastikan setiap venue kembali bersih. Apapun itu kami tetap Bahagia, bisa ikut andil dalam menyukseskan hajat besar Muhammadiyah ini,” ujar Khoirul, salah satu Duta Muktamar Bersih yang bertugas di venue Stadion Manahan.