MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Ketua Pegawai Eksekutif Majlis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Perlis, Mohd Nazim Mohd Noor berbagi pengalaman mengurus zakat dan wakaf di Negeri Perlis Malaysia. Pengalaman tersebut ia sampaikan dalam acara Seminar Internasional tentang Pengurusan Zakat dan Wakaf di Universitas Ahmad Dahlan kampus IV pada Kamis (02/03).
Menurut Mohd Noor, di Malaysia memiliki 14 negeri (provinsi). Setiap Negeri diberikan kepercayaan untuk mengelola zakat sebagaimana yang sudah terlaksana sebelumnya. Di Negeri Perlis, urusan perundang-undangan keagamaan sendiri berada di bawah kekuasaan Majelis Agama Islam Perlis (MAIPs), termasuk perkara pengelolaan zakat dan wakaf. Badan yang mengurus zakat dan wakaf ini mesti mengantongi izin dari pemerintah setempat.
Sejak tahun 2013 hingga 2022, MAIPs berhasil mengumpulkan dan mendistribusikan dana zakat yang terus tumbuh. Pada tahun 2013, dari 108 asnaf (penerima zakat) total distribusi zakat mencapai RM 67.200. Sementara pada tahun 2022, dari 2.685 asnaf total distribusi zakat mencapai RM 1.875.300. Perkembangan yang pesat ini mengantarkan MAIPs terutama badan yang mengurus zakat mendapatkan berbagai pengghargaan dari pemerintah dan kerajaan Malaysia.
Sementara itu, Ahli Jawatankuasa Fatwa Negeri Perlis Mohd Akram bin Dato’ Dahlan menegaskan bahwa zakat bukan hanya persoalan penarikan dan distribusi zakat semata. Persoalan yang paling penting dalam zakat terletak pada bagaimana amil memiliki sistem manajerial zakat yang baik. Dengan sistem yang baik ini, penarikan dan distribusi zakat akan membawa pada kemaslahatan dan kebermanfaatan yang lebih luas.
“Pengurusan zakat bukan semata-mata berkaitan dengan kutipan dan agihan sahaja. Tapi sebenarnya pengurusan zakat lebih daripada itu. Kita tidak boleh lihat pengurusan zakat hanya semata-mata kutipan dan agihan tetapi lebih kepada sustainability,” ucap Mohd Akram.
Selain itu, zakat tidak semata-mata instrumen keagamaan, tetapi juga merupakan instrumen sosial yang dapat mendukung kemajuan. Mohd Akram kemudian menyampaikan enam kaidah atau panduan dalam mengatur zakat agar lebih teliti, berkesan, dan sistematik, yaitu: 1) pemantapan agihan holistik; 2) kelestarian khazanah dan hasil; 3) mercu tanda gemilang; 4) pengiktirafan dan penarafan; 5) kegemilangan antarabangsa; dan kebanggaan organisasi dan turun padang.
Selain Mohd Nazim Mohd Noor dan Mohd Akram bin Dato’ Dahlan, Syed Abu Bakar Jamalullail juga menjadi pemateri. Ia menyampaikan tentang zakat emas berdasarkan ketulenan (kemurnian) menurut Fatwa Negeri Perlis. Menurutnya, emas memiliki nilai intrinsik yang selain berfungsi sebagai alat perantaraan dan pengukur nilai, logam ini juga dianggap sebagai harta yang berkembang oleh syariah, walaupun sudah bertukar rupa dari mata uang utama menjadi barang perhiasan. Karenanya, para ulama sepakat bahwa emas merupakan harta yang wajib dizakatkan.
Setelah Syed Abu Bakar Jamalullail menjelaskan secara detail tentang zakat emas, dosen senior Universitas Malaya Ahmad Sufian bin Che Abdullah, menjelaskan tentang Kaedah urusniaga jual beli emas secara online. Menurutnya, jual beli emas batangan, kepingan, atau serbuk emas secara online dalam Fatwa Negeri Perlis diperbolehkan dengan konsep wakil. Artinya, bila telah terjadi akad antara dua belah pihak, maka pembeli mewakilkan penjual untuk urusan serah terima (qabdh) emas.
Ahli Jawatankuasa Fatwa Negeri Perlis lainnya, yaitu Azman Mohd Noor menjelaskan tentang wakaf tunai (wakaf uang). Menurutnya, wakaf merupakan amal kebaikan yang dapat menjadi jariyah berkepanjangan bahkan hingga di alam kubur nanti. Berdasarkan penelaahannya, beberapa lembaga fatwa membenarkan wakaf tunai seperti Majlis Fatwa Kebangsaan, Majlis Fatwa Negeri di Malaysia (Selangor, Terengganu, Kedan, dan Kelantan), Majlis Akademi Fiqh Islam Antarbangsa, dan Accounting and Auditing Organisation for Islamic Financial Institutions (AAOIFI).
Dalam acara seminar ini, turut dihadiri Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Hamim Ilyas, Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan Nur Kholis, Kepala Lembaga Pengembangan Studi Islam Universitas Ahmad Dahlan Rahmawi Wibowo, Kepala Pusat Tarjih Muhammadiyah Universitas Ahmad Dahlan Budi Jaya Putra, civitas akademika Universitas Ahmad Dahlan, tamu undangan dari dewan pakar Zakat dan Wakaf, mahasiswa dan mahasiswi Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM), dan lain-lain.
Hits: 148