MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA—Pengalaman panjang Muhammadiyah dalam bidang pendidikan ikut serta menanamkan nilai toleransi dan perundungan. Nilai tersebut merupakan cerminan dari nilai-nilai Keislaman dan Kemuhammadiyahan.
Menurut Deputi Bidang Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK Didik Suhardi, pengalaman yang dimiliki oleh Muhammadiyah dalam bidang pendidikan selaras dengan nilai-nilai Revolusi Mental sebagaimana gerakan yang dilakukan oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).
“Muhammadiyah memiliki pengalaman yang panjang di dunia pendidikan, dan pembangunan karakter untuk menanamkan nilai-nilai toleransi dan anti perundungan ada di sekolah,” ucap Didik pada, Sabtu (27/8) di acara Workshop Penyusunan Modul Penguatan Toleransi dan Anti Perundungan di Dunia Pendidikan.
Didik Suhardi menuturkan, lima gerakan dalam Revolusi Mental meliputi gerakan Indonesia melayani, gerakan Indonesia bersih, gerakan Indonesia tertib, gerakan Indonesia mandiri, dan gerakan Indonesia bersatu. Lima gerakan itu diharapkan melibatkan semua elemen bangsa.
Sementara itu, Sekretaris Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, R. Alpha Amirrachman menambahkan bahwa terkait dengan pengalaman tersebut, pendidikan yang dijalankan oleh Muhammadiyah bisa menjadi model gerakan anti perundungan dan penguatan toleransi.
“Sekolah Muhammadiyah dapat menjadi model untuk gerakan anti perundungan dan penguatan toleransi di dunia pendidikan”. Tuturnya.
Nilai-nilai toleransi dan gerakan anti perundungan yang diimplementasikan di sekolah Muhammadiyah merupakan cerminan dari nilai Keislaman dan Kemuhammadiyahan. Nilai toleransi bagi Muhammadiyah bukan isapan jempol belaka, sebab Muhammadiyah telah berpengalaman di banyak tempat, khususnya di kawasan timur Indonesia.
Pendidikan Muhammadiyah dikenal inklusif, sebab dalam memberikan pelayanan dalam bidang pendidikan, termasuk yang lain-lain, Muhammadiyah tidak membeda-bedakan latar belakang agama, suku, ras dan golongan. Perlu diketahui di kawasan Indonesia Timur, Muhammadiyah telah hadir melalui pendidikan untuk mencerdaskan bangsa. Peserta didik di lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah di Indonesia Timur mayoritas diisi oleh saudara non-muslim.