MUHAMMADIYAH.OR.ID, BALI—Muhammadiyah Bali melaksanakan Musyawarah WIlayah (Musywil) pada Sabtu-Ahad (14-15/01). Dalam sidang Musyawarah Pimpinan Wilayah (Musypimwil) di Inna Heritage Hotel pada Sabtu (14/01) menyebut bahwa salah satu agenda Musywil Muhammadiyah Bali adalah pemilihan kepemimpinan ketua PWM Bali pada periode mendatang.
Musypimwil ini merupakan salah satu agenda sebelum sidang Musyawarah Wilayah (Musywil) ke-12. Tujuan Musypimwil adalah untuk penetapan calon sementara menjadi calon tetap, serta penetapan cara pemilihan. Berdasarkan info yang telah beredar, saat ini sudah ada 50 nama dan akan dijaring menjadi 33 nama yang terdiri dari berbagai kalangan dan profesi mulai dari ulama, pegawai pemerintah, politisi dan pengusaha.
“Calon sementara dari PWM Bali ada 50, lalu dipilih 33 menjadi calon tetap. Di mana calon tetap ini akan kita bawa ke Musywil,” kata anggota Panitia Pemilihan, Muhammad Syobri, Jumat (13/1/2023). Ia menyebut, ke-33 nama itu akan dilakukan pemilihan secara e-voting. Dari 33 nama akan dipilih 11 pimpinan tetap saat Musywil. “Di Musywil ini, akan langsung dipilih 11 orang,” kata dia.
Dia menerangkan, dari nama-nama yang terpilih itu, ketua dan sekretaris Muhammadiyah Bali akan membentuk kepengurusan lagi. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan PWM Bali. “Selanjutnya, dari 11 anggota yang terpilih berikut ketua dan sekretaris akan membentuk kepengurusan yang lebih luas, kan kita sesuaikan dengan kebutuhan majelis yang ada,” tuturnya.
Syobri mengungkapkan, dari pemilihan 33 nama itu akan dipilih oleh 108 anggota musyawirin yang hadir. Musyawirin terdiri dari seluruh perwakilan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) se-Bali, seluruh perwakilan Pimpinan Cabang (PCM) se-Bali, dan ortom-ortom setingkat Bali.
Sementara itu, tokoh Muda Muslim Bali, Subro Mulissyi, berharap, Muhammadiyah Bali harus mampu mencetak generasi muda yang mencerahkan sesuai dengan kebutuhan persyarikatan, umat dan bangsa. Terlebih lagi secara khusus dia berpesan kepada para pimpinan Muhammadiyah Bali terpilih, meski berganti pimpinan harus tetap mencerahkan bagi persyarikatan, bangsa, negara, agama, serta umat. “Kami berharap pimpinan ke depan lebih bermanfaat, khususnya untuk masyarakat Bali secara luas dalam membangun kehidupan berbangsa,” tegasnya.