MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA — Dalam urusan pangan terdapat adigium atau pepatah yang mengatakan, makanlah yang kamu tanam dan tanamlah yang kamu makan. Menurut Bambang Suwignyo, jenis dan pola konsumsi yang dilakukan oleh manusia di saat pandemi bisa dikondisikan dengan model seperti itu.
Pengurus Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah ini menyebut, dengan segala keterbatasan yang dimiliki oleh masyarakat urban atau kota, tetap bisa menerapkan konsep tanam tersebut. Dengan lahan yang terbatas, masyarakat kota bisa menerapkan pertanian kota atau urban farming.
“Urban farming atau pertanian terbatas sangat mungkin dilakukan, dengan menggunakan pot dan media tanam lain. Dan itu akan meninggkatkan ketahanan pangan keluarga,” ucap Bambang pada (10/11) dalam acara Gerakan Ketahanan Pangan Keluarga (Getapak).
Kesadaran Swasembada
Konsep makan yang kamu tanam, dan tanam yang kamu makan sekurangnya bisa memperpanjang waktu kerentanan pangan terhadap keluarga. Di saat pandemi yang memicu kerentanan terhadap ketahanan pangan, dibutuhkan kesadaran tiap individu agar setiap aktivitasnya bisa menghasilkan pangan.
“Setiap orang itu punya kesadaran untuk menghasilkan pangan, dan jengkal lahan yang dimiliki oleh seseorang itu hendaknya bisa menghasilkan pangan.” imbuhnya
Menurut Bambang, jika kesadaran ini tumbuh akan menimbulkan gerakan ketahanan pangan untuk keluarga, bahkan gerakan ini bisa mendukung swasemaba pangan pada tingkat nasional. Jika kesadaran Indonesia bertanai sudah meluas, akan menjadi alam pikir umum dan cita-cita swasembada akan tercapai.
Bambang menegaskan, kesadaran tanam pangan bagi masyarakat urban akan memiliki implikasi pada perbaikan kualitas udara. Kesadaran menanam akan memiliki dampak simultas dan meluas, karena dengan membaiknya kualitas udara maka secara otomtatis akan turut memperbaiki kesehatan tubuh manusia.
“Di daerah urban itu udara kita sudah bertengkar dengan polusi, dengan adanya semakin banyak tanaman itu, maka kemudian biarkan tanaman itu yang bertengkar dengan polusi jangan kita yang bertengkar dengan polusi.” urai Bambang
Gerakan Menanam
Secara umum diketahui, bahwa adanya tanaman hijau akan mengikat karbondioksida dan mengeluarkan oksigen yang berguna bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lain. Implikasi lain dari kesadaran menanam adalah terciptanya estetika atau tampilan ruang public yang indah.
Kesadaran menanam jika menjadi gerakan, maka harus melibatkan strukturasi. Struktur masyarakat mulai dari level atas sampai bawah harus memiliki kesadaran sama untuk menicptakan ruang hijau dan ketahanan pangan. Selain itu juga diperlukan transfer pengetahuan kepada generasi penerus sebagai upaya penyadaran sejak dini untuk menjaga ketahanan pangan melalui menanam.
Terkait dengan media tanam pada lahan sempit, Bambang menjelaskan bahwa, setiap jengkal lahan yang masih mendapat sinar matahari bisa dipakai sebagai titik untuk menanam. Terkait dengan media tanam, ia menyebut yang paling mudah adalah pot yang bisa dimaknai secara terminology dan wujud.
“Kalau terminology, pot itu yang penting tempat. Dan tempat untuk nanam itu bisa pot yang kita beli, tapi bisa juga bisa dengan segala. Yang penting itu bisa menjadi tampungan untuk media tanam,” ujarnya
Selain berimplikasi pada gerakan ketahanan, kesadaran gerakan menanam jika digeluti dengan serius menurut Bambang akan berimplikasi juga pada peningkatan kesejahteraan. Karena dengan tanaman yang ditanam akan bisa dijual dan menghasilkan pemasukan untuk menambah kebutuhan keluarga di sektor lain. (Aan)
Hits: 29