MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Dalam artinya yang sempit, kebudayaan hanya meliputi seni dan tradisi. Seni adalah hasil karya manusia yang mengkomunikasikan pengalaman-pengalaman batin yang disajikan secara indah dan menarik sehingga memberikan pengalaman batin pada manusia yang menikmatinya. Sementara tradisi ialah kepercayaan, prinsip, atau cara bersikap seseorang di sebuah lingkungan sosial atau grup yang telah dilakukan dalam waktu yang lama.
Seni dan budaya merupakan aspek penting dalam kehidupan karena keduanya dapat menumbuhkan perasaan halus dan keindahan. Selain itu, menurut Ketua PP Muhammadiyah Irwan Akib, setiap warga Muhammadiyah harus menjadikan seni dan budaya sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah dan sebagai media atau sarana dakwah untuk membangun kehidupan yang berkeadaban.
“Tidak semua seni itu menjadi hal yang harus dijauhi, termasuk tradisi. Bagaimana tradisi dan seni yang bertentangan dengan Islam kita revitalisasi,” ucap Irwan Akib dalam Dialog Ideopolitor di Universitas Aisyiyah pada Ahad (14/05).
Kuatkan Karakter Bangsa
Dewasa ini, ada banyak problem kebangsaan terutama menyangkut karakter bangsa. Seperti memudarnya rasa dan ikatan kebangsaan, disorientasi nilai keagamaan, atau melemahnya mentalitas positif. Irwan Akib kemudian mendorong agar Muhammadiyah melakukan revitalisasi karakter bangsa.
Sebagaimana termaktub dalam buku Revitalisasi Visi dan Karakter Bangsa: Agenda Indonesia ke Depan yang diterbitkan Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada tahun 2009, terdapat beberapa poin dalam upaya penguatan kebangsaan. Di antaranya: Penguatan rasa dan ikatan kebangsaan, penguatan pengamalan nilai keagamaan melalui reorientasi Pendidikan agama, penguatan integrasi sosial dengan membangkitakan fungsi gotong royong, dan penguatan mentalitas positif seperti penenaman sikap dan kebiasaan perilaku jujur, bersih, disiplin.
“Muhammadiyah sebagai pelopor mesti mengembangkan lingkungan yang penuh nilai-nilai kemajuan, kebhinekaan, toleransi, gotong royong, kesetaraan, keadilan, kemajuan kerja keras,” ucap Irwan Akib.
Irwan Akib mendorong agar pendidikan yang dikelola Muhammadiyah memperkuat karakter bangsa. Ia menyampaikan bahwa ada sekitar 14 kultur pendidikan Muhammadiyah, di antaranya: 1) Disiplin ibadah, waktu, belajar, bekerja; 2) Kesantunan; 3) Keteladanan; 4) Kejujuran; 5) Kesederhanaan; 6) Kebersihan; 7) Suka beramal saleh; 8) Layanan; 9) Hemat; 10) Percaya diri; 11) Sabar dan bersyukur; 12) Bijak dan bertanggungjawab; 13) Dinamis; dan 14) Berfikiran maju.
Selain itu, Irwan Akib menyampaikan bahwa pendidikan di Muhammadiyah harus menjadi wadah kaderisasi. Hal ini termaktub dalam Tanfidz Muktamar ke-46 tentang Fungsi Pendidikan Muhammadiyah. Dalam tanfidz tersebut menyebutkan kompetensi kader, di antaranya: Kompetensi Keberagamaan; Kompetensi akademis dan intelektual; Kompetensi sosial-kemanusiaan dan kepeloporan; dan Kompetensi keorganisasian dan kepemimpinan.
“Kader adalah bagian inti dari anggota, yakni anggota yang utama dan berperan sebagai anak panah gerakan Muhammadiyah,” ucap Irwan.