MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Ketika awal akan menyelenggarakan museum Muhammadiyah ada ketakutan pengkultusan benda-benda yang nantinya dikumpulkan dalam museum atau bahkan pengkultusan individu. Namun ketika dijelaskan mengapa harus ada Museum Muhammadiyah orang-orang menjadi paham dan mau membantu untuk mengumpulkan artefak sejarah Muhammadiyah.
“Sebenarnya museum ini menjadi sebuah media yang sangat luar biasa untuk melakukan transformasi informasi dan transformasi nilai kepada siapapun,” ujar Widyastuti, Wakil Ketua Lembaga Kebudayaan PP ‘Aisyiyah, pada kegiatan Gerakan Subuh Mengaji ‘Aisyiyah Daring, Jumat (29/12).
Jika nanti dibuka, lanjut Wiwied, museum ini akan menjadi satu ikon Muhammadiyah. Kedua menjadi bukti bahwa Persyarikatan benar-benar sebagai organisasi yang berkemajuan.
“Biasanya museum itu identiknya adalah sesuatu yang sudah musnah sementara kita menginginkan Muhammadiyah itu tetap ada dan kita menjadi satu-satunya museum yang secara eksklusif mengatakan sebagai museum milik organisasi massa keagamaan yang memberikan nama dengan nama ormas,” jelasnya.
Museum kita semuanya ini, kata Wiwied, adalah museum yang ramah difabel ramah lansia. Juga ramah perempuan dan anak-anak. Semuanya akan bisa sampai ke lantai atas tanpa kemudian harus yang sudah memakai kursi roda tiga yang memakai tongkat.
Wiwied juga menceritakan bahwa nantinya di museumnya ini akan mengangkat cerita dan inspirasi dari tokoh Muhammadiyah di seluruh daerah. Yang jelas menurutnya, kader Muhammadiyah patut berbangga dengan adanya dua pahlawan di Muhammadiyah yang merupakan pasangan. Yakni KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan.