MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah menyelenggarakan Seminar Integrasi Keilmuan dalam Hisab, Rukyat, dan Kalender Global Unikatif pada Jumat (02/06). Acara yang berlangsung di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini merupakan hasil kolaborasi antara Majelis Tarjih, Center for Integrative Science and Islamic Civilization (CISIC) UMY, dan Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI) UMY.
Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Hamim Ilyas membuka acara secara resmi. Dalam sambutannya ia mengatakan bahwa krisis ilmu falak hari ini ialah tidak terintegrasinya dengan ilmu astronomi. Akibat tidak adanya integrasi ini menyebabkan banyak konflik kepentingan, terutama dalam menyambut hari-hari besar dalam Islam seperti awal Ramadan, Idul Fitri, Puasa Arafah, dan Idul Adha.
Setelah Hamim, Ketua PP Muhammadiyah Syamsul Anwar menjadi pembicara kunci (keynote speaker). Ia menyampaikan tentang faktor-faktor apa saja yang membuat Peradaban Islam di masa lalu begitu gemilang. Namun saat ini gairah untuk pengembangan ilmu pengetahuan perlahan-lahan mulai meredup. Salah satu faktor kemunduran Islam lantaran adanya invasi dari Mongol.
Invasi Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan yang menghancurkan Bagdad, ibukota keagamaan dan peradaban Islam tahun 1258 sangat berpengaruh terhadap kemunduran keilmuan di dunia Islam. Begitu pula penaklukan Kerajaan Islam Granada tahun 1492 melalui program reconquista di bawah Ferdinand II dan Isabella secara lambat laun mengakhiri dominasi peradaban keilmuan umat Islam hingga sekarang.
Pada acara inti, pakar astronomi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Moedji Raharto memaparkan tentang integrasi dalam hisab dan rukyat. Hisab dan Rukyat merupakan dua kegiatan keilmuan yang independen. Hisab kegiatan keilmuan dengan pendekatan modeling dan perhitungan untuk memprediksi sebuah fenomena. Sedangkan Rukyat kegiatan keilmuan dengan pendekatan observasi atau pengamatan. Namun dalam realitas kegiatan keilmuannya, keduanya dipergunakan secara bersinergi.
Pakar astronomi Islam klasik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Arwin Juli Rakhmadi Butar-butar menjadi pemateri kedua. Ia menyampaikan aspek historis dari astronomi dalam tradisi intelektual Islam. Menurutnya, ada aspek yang hilang dari astronomi Islam, yaitu Mikat (Miqat). Muwaqqit atau orang yang ahli dalam Mikat merupakan astronom profesional yang menguasai dasar-dasar astronomi/matematika. Mereka biasanya berafiliasi kepada masjid/institusi keagamaan. Tugas pokoknya ialah menentukan waktu-waktu salat yang difasilitasi penguasa.
Selain Mikat, aspek yang hilang dari tradisi intelektual Islam lainnya ialah Zij. Zij ialah tabel-tabel astronomi hasil pengamatan/pencatatan secara berkelanjutan (di observatorium) yaitu gerak dan fenomena benda-benda langit. Ada beberapa Zij yang tercatat dalam sejarah seperti Zij al-Khawārizmī yang disusun al-Khawarizmi (w. 232/848), Zij Ibn al-A’lam yang disusun Ibn A’lam (w. 375/985), Zij Abu Ma’syar yang disusun Abu Ma’syar al-Balkhy (w. 272/885), Zij ash-Shāby’ yang disusun al-Battani (w. 317/929), dan lain-lain.
Pada sesi kedua, Seminar Integrasi Keilmuan ini diisi dua pakar falak dari Muhammadiyah yaitu Oman Fathurrahman dan Agus Purwanto. Oman menerangkan tentang prinsip-prinsip pokok dalam Kalender Islam Global, yaitu: penerimaan hisab, transfer imkan rukyat, kesatuan matlak, penerimaan hari sesuai konvensi dunia, dan penerimaan International Date Line (IDL).
Sementara itu, Agus Purwanto menguraikan tentang kriteria bulan baru dalam Kalender Islam Global. Menurutnya, Suatu kalender tidak boleh mengakibatkan suatu kawasan dunia (zona sebelah barat) tertahan memasuki bulan baru. Alasannya karena menanti kawasan ujung timur padahal di kawasan sebelah barat itu sudah terlihat hilal secara jelas. Ini merupakan pelanggaran terhadap perintah Nabi saw agar berpuasa ketika melihat hilal dan beridulfitri ketika melihat hilal.
Menurut Agus, penentuan awal bulan baru dalam Kalender Islam Global, bulan baru (awal bulan) dimulai apabila di bagian manapun di muka bumi sebelum pukul 12.00 tengah malam (atau pukul 00.00) Greenwich Mean Time (GMT) telah terpenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Elongasi (jarak sudut) matahari dan bulan pada waktu matahari terbenam mencapai 08° atau lebih; dan 2) Ketinggian bulan di atas ufuk pada waktu matahari terbenam mencapai 05° atau lebih.
Dengan terselenggaranya seminar ini, diharapkan Kalender Islam Global dapat segera terwujud. Apabila ini telah diimplementasikan secara penuh, diikuti oleh seluruh umat Islam, maka utang peradaban telah lunas.
Hits: 611