MUHAMMADIYAH.OR.ID, SAMPIT – Di usia ke-110 tahun, puluhan ribu Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di bidang pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, dan pemberdayaan masyarakat telah merentang ke seluruh tanah air, bahkan hingga kawasan terjauh dan pelosok.
Persyarikatan Muhammadiyah diketahui juga memiliki beberapa AUM di luar negeri. Misalnya Universitas di Malaysia, TK-SMP di Australia, dan TK ABA di Mesir dan Malaysia.
Di kawasan Indonesia Timur (NTT dan Papua), mayoritas siswa di lembaga pendidikan Muhammadiyah adalah beragama non muslim. Saat ini, Muhammadiyah juga tengah merintis pendirian rumah sakit di Timika, Jayapura, dan Sorong.
Menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, apa yang dilakukan Muhammadiyah itu adalah buah dari melaksanakan perintah Islam.
“Apa yang kami lakukan itu merupakan bukti dari Muhammadiyah sejak berdirinya 1912 yang berdiri sebelum Republik Indonesia merdeka dan bahkan ikut membidani kemerdekaan dan terus berkiprah, berikhtiar bersama komponen bangsa yang lain memajukan bangsa dan mencerahkan semesta dalam misi wa maa arsalnaka illa rahmatan lil alamin tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, golongan bahkan pilihan politik,” ujarnya.
Dalam pidato peluncuran Universitas Muhammadiyah Sampit di Aquarius Boutique Hotel, Sampit, Selasa (16/5), Haedar mengatakan jika Muhammadiyah giat beramal nyata karena memahami Islam sebagai agama yang membawa misi dakwah dan tajdid (pencerahan) bagi terciptanya peradaban manusia unggul.
Sejak masa paling awal, Muhammadiyah bahkan melawan tabu dengan ikut serta menggerakkan perempuan dalam beramal sosial. Hasilnya, organisasi ‘Aisyiyah menjadi satu-satunya organisasi perempuan Islam di Indonesia yang memiliki dan mengelola tiga buah universitas secara mandiri.
Lewat pemahaman agama yang sahih, Muhammadiyah sejak lahirnya telah berbuat nyata untuk kemaslahatan masyarakat tanpa pandang perbedaan latar belakang. Di masa darurat pandemi, kiprah Muhammadiyah dalam berjuang melawan Covid juga diakui oleh dunia internasional.
Poin-poin tersebut menurut Haedar sekaligus menegaskan bahwa organisasi Islam tidak seperti yang selama ini dipahami oleh masyarakat awam secara peyoratif, yakni hanya sebagai majelis/perkumpulan doa.
“Poin penting yang kami sampaikan adalah tasyakur bi nikmah, bukan takabur, bahwa organisasi Islam, organisasi keagamaan tidak hanya bergerak dalam soal keyakinan dan ibadah. Tapi juga berbuat yang terbaik membangun peradaban hidup manusia secara kolektif dan bersama,” kata dia.
“Untuk menunjukkan betapa relasi Muhammadiyah dengan masyarakat luas yang plural, majemuk, tidak dalam kata-kata, retorika dan jargon, tapi kita buktikan dalam karya-karya nyata yang membawa persatuan dan kemajuan hidup bersama,” tegasnya. (afn)
Hits: 3137