MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANTUL — Sebelum menjamurnya Rumah Sakit Muhammadiyah Aisyiyah (RSMA) di seluruh Indonesia, awalnya ia hanyalah sepetak lahan berupa klinik sederhana dengan nama PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem). Saat ini, pertumbuhan RSMA terbilang pesat dan hampir 50% dari keseluruhan RSMA telah terakreditasi paripurna, satu di antaranya akreditasi internasional.
“Prestasi PKU Muhammadiyah secara umum itu 50% RSMA terakreditasi paripurna, satu di antaranya akreditasi internasional, dan pertumbuhannnya begitu cepat, lima tahun yang lalu jumlahnya masih di bawah 100, sekarang sudah 116, demikian juga dengan pelayanan Kesehatan lainnya seperti klinik,” tutur direktur SDM RS PKU Muhammadiyah Gamping dr. Ekorini Listiowati pada Kamis (30/12).
Ekorini percaya bahwa salah satu keunikan dari RSMA ialah semangat al Maun. Dengan spirit Al Maun, Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah menyediakan pelayanan Kesehatan yang terbaik bagi masyarakat. Tujuannya agar menyelamatkan pasien dari ragam penyakit. Bagi Persyarikatan, proses pelayanan kepada masyarakat tersebut merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari dakwah dan ibadah.
“Dari beberapa yang saya dapatkan dari selama di RSMA, rasa memiliki, rasa bekerja sebagai suatu ibadah itu mendorong kita semua untuk bekerja dengan sebaik-baiknya. Demikian juga dari sisi pasien, pasien merasa sebuah RS yang memiliki nilai-nilai islami adalah sebuah hal yang berbeda,” kata dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Ekorini mengungkapkan bahwa alasan lembaga kesehatan Muhammadiyah-‘Aisyiyah bertahan dan berkembang hingga saat ini terletak pada kekuatan jaringan antar RSMA. Satu RSMA dengan yang lain, sering bertukar informasi dan gagasan. Hal itu membuat RSMA bisa saling belajar dan bertukar pengalaman antara satu dengan yang lainnya, baik dalam pelayanan maupun manajemen.
“Kita tahu bahwa RSMA itu salah satu kekuatannya adalah jejaring. Satu RSMA dengan RSMA lainnya, walaupun secara hirarki atau struktur tidak ada atasan atau bawahan, tetapi keberhasilan dari satu RSMA itu sering saling berbagi informasi dan pengetahuan,” tutur Wakil Direktur Pendidikan & Penelitian RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Ekorini berharap kekuatan antar RSMA dalam hal jejaring dapat terus ditingkatkan. Ia tidak sepakat bila satu RSMA berkembang sendiri dan terpisah dengan yang lain. Perlu adanya suatu system yang dapat menguatkan jejaring antar RSMA.
Selain itu, Ekorini juga berharap membangun sinergi antar Majelis-Lembaga Muhammadiyah dengan amal usaha Muhammadiyah. Misalnya, Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang memiliki pendidikan Kesehatan seperti Fakultas Kedokteran, farmasi, keperawatan, kebidanan, dan lain-lain dapat bersinergi dengan RS PKU Muhammadiyah-‘Aisyiyah.
“Akan bagus bila perguruan tinggi Muhammadiyah Aisyiyah bersinergi dengan rumah sakit PKU Muhammadiyah, sehingga konsep jejaring pendidikan dan pelayanan Kesehatan di Muhammadiyah dapat terwujud,” harap Ekorini.