MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Jangan salah, warga Persyarikatan Muhammadiyah juga memiliki tradisi wisata religi. Tidak seperti wisata religi yang dilakukan ke makam atau tempat-tempat kramat, wisata religi warga persyarikatan biasanya dilakukan ke Kampung Kauman, Yogyakarta.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Ghifari Yuristiadhi, Akademisi dan Sejarahwan Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia menyebut alasan warga Muhammadiyah memilih Kampung Kauman karena sebagai situs atau lokasi lahirnya Muhammadiyah.
“Banyak warga Muhammadiyah yang dia ingin melihat seperti apa kampung kelahiran Muhammadiyah,” ungkapnya dalam acara Radiomu pada (2/2).
Penggiat pariwisata di Muhammadiyah Heritage Trip ini menambahkan, sejarah Muhammadiyah di Kampung Kauman tidak hanya cukup disajikan dalam bentuk visual, melainkan bangunan sejarah yang ada harus dinarasikan.
“Dengan story telling yang kami bangun akan berbeda. Itulah bagaimana kita menghantarkan memori masa lalu yang kita transfer ke generasi yang hidup hari ini,” urainya.
Menurutnya, field trip ke situs-situs sejarah Muhammadiyah bisa diintegrasikan dengan mata pelajaran/kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK). Ini dimaksudkan, selain mengenalkan Muhammadiyah melalui teoritis, juga bisa secara faktual.
Yang disebutkan Dosen Vokasi UGM ini adalah bagian kecil dari pentingnya warga Persyarikatan Muhammadiyah menggali dan menjaga sejarahnya. Karena wisata religi mengenal sejarah Muhammadiyah memiliki makna yang luas, diantaranya adalah semangat akademik.
Seperti yang disampaikan oleh Sekretaris PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti pada (15/8/2020). Mu’ti menyebut, tujuan dari mengenal sejarah adalah untuk mempelajari proses terbentuknya sebuah peradaban. Sehingga generasi penerus dapat mengambil makna spirit sejarah.
Menurutnya, sejarah selain dipelajari juga harus ditulis secara akademis melalui tinjauan obyektif dan otentik. Penulisan sejarah otentik akan berguna jika di masa depan ada tarikan-tarikan sejarah untuk kepentingan satu kelompok.
“Bangsa kita belum selesai dengan catatn sejarah, karena ternyata kita belum bisa memaknai sejarah sebagai bangsa sehingga memiliki harkat dan martabat di mata bangsa lain,” ujar Mu’ti.
Sehingga menelusuri warisan sejarah sangatlah penting, karena saat ini sebagai bangsa sebenarnya sedang memperebutkan sejarah. Ini yang harus dibahas karena Muhammadiyah harus berbuat untuk bangsa dan meneruskan serta meniru jejak tokoh yang telah ikut berjuang saat pembentukan Indonesia.