MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Meski secara garis besar paham Islam Berkemajuan telah dikodifikasikan dalam Risalah Islam Berkemajuan, paham ini memiliki penafsiran yang beragam dalam pandangan masing-masing tokoh Muhammadiyah.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Muhadjir Effendy, menyebut definisi Islam Berkemajuan juga dimiliki oleh Kiai AR Fachruddin. Menurut riwayat dari Malik Fadjar, Kiai AR Fachruddin menganggap Islam yang maju adalah Islam yang mandiri, loyal dan gagah.
“Saya kira itu ucapan cerdas, Islam Berkemajuan itu adalah Islam yang gagah. Gagah itu pokoknya disegani, dihormati, diperhitungkan. Kemudian dia bilang, Islam yang tidak ndermis (meminta-minta), tapi Islam yang nyah-nyoh (dermawan), suka memberi. Itulah definisi Pak AR karena itu saya kira juga definisi awal dari Surat Al-Ma’un,” jelasnya.
Di samping pengertian sederhana itu, Muhadjir juga mendorong adanya tiga hal untuk meluaskan aktualisasi paham Islam Berkemajuan. Tiga hal itu adalah redefinisi, reorientasi, dan reaktualisasi.
“Redefinisi berkaitan dengan pikiran. Jadi pengertian pemahaman kita tentang Islam Berkemajuan didefinisikan ulang karena jamannya telah berubah,” ujarnya dalam Pengajian Ramadan 1444 H di UHAMKA, Ahad (2/4).
Adapun reorientasi, menurut Muhadjir adalah pensikapan terhadap redefinisi itu. Sedangkan yang dimaksud reaktualisasi adalah tindakan akhir yang dilakukan untuk mengamalkan Islam Berkemajuan. Dengan demikian, penyempurnaan paham Islam Berkemajuan menurutnya mengalami tiga hal; 1) experience (pengalaman), 2) experiment (percobaan), dan 3) expectation (harapan).
“Dalam Islam Berkemajuan perlu juga equilibrium, sustaince and change, dan itu dalam naskah Risalah Islam Berkemajuan dijelaskan,” tambah Muhadjir. Unsur-unsur ini kata dia diperlukan agar warga Muhammadiyah adaptif dan tidak kagetan dalam melihat strategi baru Muhammadiyah dalam melaksanakan dakwah amar makruf nahi munkar dan tajdid.
“Itulah pentingnya Risalah Islam Berkemajuan bagi kita, sebagai pedoman, termasuk bagi para pimpinan. Cara berpikir Islam Berkemajuan adalah berpikir srategis dan kalkulatif,” pungkasnya. (afn)