MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANDUNG—Di Muhammadiyah terlebih pembangunan Amal Usahanya (AUM) tidak ada yang instan, semua memiliki awalan dan semuanya berawal dari yang kecil baru kemudian ditekuni dan dikhidmati sehingga menjadi besar dan bermanfaat bagi publik luas.
Menurut Ketua Umum PP ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini kebiasaan tekun, khidmat, sabar, kuat, dan sungguh-sungguh. Kebiasaan tersebut bahkan dimulai sejak awal, di mana Kiai Ahmad Dahlan dan Nyai Siti Walidah pada saat itu memulai madrasah untuk perempuan hanya dengan lima orang santri.
“Tapi dari lima orang perempuan itu dicanangkan oleh Kiai dan Nyai bahwa semuanya itu akan menjadi tokoh,” ungkapnya pada (22/1) di acara Peresmian ABS Café dan ABS Mart di Bandung.
Oleh karena itu ia berpesan kepada seluruh AUM supaya tidak merasa kecil, sebab yang kecil akan berpotensi menjadi besar. Terlebih AUM yang besar tidak boleh lantas mengecil, melainkan harus bertahan kebesarannya dan meningkatkan kualitasnya.
“Mengecil itu artinya roboh karena konflik, karena apa itu tidak boleh, itu bukan menjadi tradisi kita,” tuturnya.
Langkah kecil yang baru dititih harus dimaknai dengan keseriusan dan kesungguhan, supaya menjadi besar. Karena disitulah mimpi-mimpi akan diraih. Dalam membangun AUM, kata Noor, Muhammadiyah mengajari kader-kadernya untuk senantiasa memiliki sifat-sifat baik nabi, yaitu sidiq, tabligh, fatanah, dan amanah.
Ia menegaskan, meski pembangunan dimulai dari kecil akan tetapi tidak boleh yang kecil menjadi zona nyaman dan berlama-lama di posisi itu. Selain itu, Dosen Ekonomi UMY ini juga mengingatkan supaya dalam beramal jangan terlalu banyak berteori. Meski teori bagus, akan tetapi akan lebih hebat jika dibarengi dengan aksi nyata.
Terlebih di bidang ekonomi, menurutnya dari semua teori yang selama ini diperbincangkan di persyarikatan harus segera dieksekusi menjadi aksi nyata. Karena dalam urusan ini, umat Islam termasuk Muhammadiyah di dalamnya masih tertinggal.
“Sekarang ini harusnya ‘jendral’ dakwah di lapangan itu ekonomi, ‘jendral’ atau ‘panglima’ dakwah di komunitas kita itu harus ekonomi”. Tegasnya.
Gerakan ekonomi ini harus sesegera mungkin dipacu dan tebarkan di komunitas-komunitas ‘Aisyiyah. Gerakan ekonomi ‘Aisyiyah tidak boleh hanya berjalan di puncak, tapi juga harus menyentuh sampai level ranting. Namun demikian, gerakan ekonomi tidak boleh menjadi antithesis dari gerakan dakwah ‘Aisyiyah yang lain.
Hits: 2