MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA– Kebahagiaan bagi setiap orang didefinisikan secara berbeda. Namun untuk mempermudah kebahagiaan itu datang, dr. Agus Taufiqurrahman mendefinisikan bahagia bukan sebagai raihan atas targetan-targetan hidup.
Menurutnya, bahagia adalah mensyukuri keadaan saat ini yang sedang dijalani. Jika manusia sudah bisa melakukan ini akan mudah mendapatkan kebahagiaan dalam bentuk apapun, termasuk ketika dalam keadaan sulit.
“Karena orang itu tidak memikirkan apa yang belum menjadi miliknya, itulah yang menjadi alasan mereka bahagia,” ungkap dr. Agus, (7/10) di acara Pengajian Akbar Muhammadiyah Expo Jogja.
Dokter Spesialis Saraf ini menambahkan, bahwa bahagia itu diciptakan bukan ditunggu. Dia menyebut, bahwa dalam urusan dunia kebahagiaan terletak pada kuatnya rasa syukur seorang terhadap apa yang sedang dijalani atau dimilikinya saat ini.
Terkait dengan adanya seorang muslim yang hatinya masih belum tentram, padahal Islam merupakan agama yang damai, dr. Agus menyinggung tentang rasa cinta. Menurutnya, kedamaian akan jauh meski seseorang itu beragama Islam jika cintanya terhadap yang lain lebih besar ketimbang cintanya pada Allah dan Rasul.
Kecintaan yang mutlak kepada Allah dan Rasul akan menghindarkan seorang muslim dari sifat riya’ maupun candra yang diberikan oleh makhluk. “Tidak masalah, saya melakukan apapun Allah mesti tahu, buat saya cukup Allah yang menjadi saksi”. tuturnya.
Tingginya cinta seorang muslim kepada Allah dan Rasulullah akan memberikan ketentraman dalam hati. Akan tetapi mahabbatullah itu bukan berarti menjadikan seorang muslim menjauh dari dunia. Sebab hal itu tidak pernah dan malah menyelisihi atas sunnah Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad meski penampilannya sederhana, akan tetapi bukan berarti rasulullah itu miskin. Dilihat dari sejarah hidupnya, ketika Rasulullah meminang Siti Khadijah dengan 40 ekor unta yang jika dirupiahkan sebesar Rp. 1,2 miliar.
“Nabi, Abu Bakar, Utsman itu memberi contoh kita harus kuat di dunia itu. Sekarang yang membuat umat Islam lemah, karena kita lupa atas contoh Nabi yang demikian itu,” kata dr. Agus.
Oleh karena itu, dirinya mendorong umat Islam supaya menjadi kelompok yang kuat aspek dunia atau kaya, atau tidak miskin, sebab kemiskinan itu bisa menjadikan atau berdekatan dengan kekufuran.
Hits: 17