MUHAMMADIYAH.OR.ID, MEGLANG—Dalam bermuhammadiyah harus bergembira, menurut Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti bahwa sesiapa yang berjuang di jalan Allah akan dihadapkan banyak cobaan dan tantangan, tetapi tidak perlu risau sebab Allah pasti akan memberikan jalannya.
Hal itu disampaikan oleh Abdul Mu’ti di acara Tabligh Akbar Gebyar Muktamar ke-48 Muhammadiyah-‘Aisyiyah yang diadakan Muhammadiyah Magelang, Sabtu (24/9).
Menurutnya, dalam bermuhammadiyah tidak boleh ada rasa cemas dan takut, meski ada banyak alasan yang menimbulkan kecemasan dan ketakutan. Mengutip potongan surat Al Baqarah ayat 25, Mu’ti menyebut orang beramal harus bergembira, sebagai seorang yang beriman harus melakukan aktivitas dengan suka-cita. Bergembira dan menjalankan aktivitas amal salih dengan suka-cita dituntunkan oleh Al Quran. Dalam Al Quran kata kunci agar gembira adalah cinta.
“Kalau kita melakukan sesuatu dengan cinta, maka kita akan merasa gembira dengan apapun yang terjadi dengan perjuangan kita. Karena itu maka kata hubb (cinta) menjadi kunci untuk bagaimana kita senantiasa optimistis, untuk senantiasa memberikan yang terbaik tanpa mengharapkan balasan,” ujarnya.
Guru Besar Bidang Pendidikan Islam ini mencontohkan, kalau ada orang yang tulus mencintai maka dirinya tidak akan pernah mengharapkan balasan atas yang dicintainya itu.
Dari sini kemudian muncullah ungkapan “cinta itu tidak harus memiliki”, ungkapan tersebut menurut Mu’ti mudah diucapkan tapi sulit dijalani.
“Karena itu orang mencintai itu tidak boleh posesif, karena kalau orang posesif itu orientasinya itu dia harus mendapat sesuatu dari yang dia lakukan. Padahal belum tentu kalau kita mengharapkan sesuatu itu pasti akan mendapatkan apa yang kita lakukan itu,” tuturnya.
Jika bisa bermuhammadiyah berdasarkan cinta, maka segalanya akan menjadi indah. Dan keindahan itulah suatu yang bisa membuat gembira. Oleh karena itu dalam bermuhammadiyah harus ikhlas, apapun yang dilakukan harus diyakini bahwa itu adalah tabungan sebagai bekal nanti kehidupan di akhirat.
Dedikasi yang ikhlas dalam bermuhammadiyah, kata Mu’ti sering menjadi perbincangan menarik dengan para sahabatnya yang berasal dari luar negeri. Konsep ikhlas hanya mengharapkan ridha Allah sulit dijelaskan, yang oleh Prof. Kuntowijoyo disebut transcendental, bagi orang asing merupakan suatu yang indah.
“Semuanya enak, semuanya itu menjadi indah karena kita melaksanakannya dengan suka cita. [Sementara] Dalam teori teori materialisme semuanya itu dihitung, seperti orang naik taksi,” tuturnya.
Hits: 26