MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Ketua Pusat Studi Muhammadiyah UMY sekaligus Sekretaris MPM PP Muhammadiyah, Bachtiar Dwi Kurniawan menilai Muhammadiyah telah mengalami lompatan positif dalam lima sampai sepuluh tahun terakhir.
Lompatan ini kata dia melampaui misi dari Rencana Strategis (Renstra) Muhammadiyah 2005-2025. Misalnya adalah pembangunan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di Malaysia, Mesir, Taiwan, dan Australia yang menjadi dasar bagi gerakan awal Internasionalisasi Muhammadiyah.
Selain itu, kerja proaktif Muhammadiyah di masa pandemi kata dia juga menampilkan lompatan itu. Bahkan Muhammadiyah menggarap berbagai program jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang di berbagai bidang termasuk ekonomi, pemberdayaan, dan pendampingan.
“Nah ketika Muhammadiyah melihat situasi seperti ini gasnya bukan malah kendo, tapi malah lebih digas lagi gerakan Muhammadiyah. Jadi setiap stakeholder, komponen dan entitas Muhammadiyah diaktifkan gerakannya untuk mengatasi pandemi tidak hanya di wilayah kesehatan,” ujarnya dalam Muktamar Talk TvMu, Jumat (2/9).
“Muhammadiyah betul-betul berhasil mengawal pandemi bersama pemerintah. Saya tidak bisa membayangkan kalau pandemi terjadi dan tidak ada kekuatan masyarakat sipil, khususnya masyarakat Islam yang punya infrastruktur organisasi, sumber daya yang luar biasa sehingga bangsa ini tidak terseok-seok menghadapi pandemi seperti di negara lain,” imbuh pria yang akrab dipanggil Gusbah ini.
Dirinya juga menyebut lompatan itu dilakukan dengan memproyeksikan aspek digital manajemen organisasi dan lembaga pendidikan Persyarikatan yang ternyata telah dipersiapkan jauh-jauh hari sebelum pandemi terjadi. Perhatian terhadap pengembangan sains juga digalakkan di pesantren-pesantren Muhammadiyah.
Sesuai visi Indonesia 2045, Muhammadiyah menurutnya juga telah menyiapkan strategi menghadapi bonus demografi, terutama dalam usaha menghadapi banyaknya penduduk Indonesia usia tua dalam 30 tahun ke depan.
“Ke depan akan banyak aging population, jadi kita harus manage ini karena akan berdampak pada pembangunan yang adaptif pada penduduk usia tua, akses, masjid, amal usaha bagaimana bisa memberi akses terhadap mereka, termasuk layanan publik,” jelas Gus Bah.
“Muhammadiyah juga sudah membentuk Muhammadiyah Senior Care. Ini kemajuan pikiran untuk antisipasi 25 tahun ke depan,” ujarnya. Di samping itu, pemberdayaan juga terus dilakukan kepada kelompok seperti petani, nelayan, komunitas adat di berbagai pelosok, hingga kaum difabel.
“Jadi besok gerakan-gerakan Muhammadiyah itu banyak menyasar akar rumput, intervensi langsung dengan memecahkan masalah hidup secara langsung,” pungkasnya. (afn)