MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Ketika terdapat perbedaan mengenai waktu antar fatwa yang dikeluarkan oleh ulama, dan otoritas keagamaan yang lain, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jateng, Tafsir meminta kepada seluruh umat untuk memaklumi.
Tafsir menekanka bahwa terjadinya perbedaan tersebut bukan diniatkan memang untuk berbeda. Bahkan bukan hanya di internal umat Islam di Indonesia, perbedaan tentang waktu atau penetapan tanggal 1 awal bulan juga terjadi dan dialami oleh umat Islam di seluruh dunia.
“Padahal dalam urusan ibadah umat Islam ini semua terikat dengan waktu, mulai dari ibadah salat sampai penetapan hari besar Agama Islam.” Ungkapnya.
Dalam Malak Refleksi tahun 2022 yang diselenggarakan Takmir Masjid Kauman, Yogyakarta pada (31/12) beberapa waktu lalu itu Tafsir menjelaskan, bahwa definisi tanggal 1 sampai saat ini para ulama atau otiritas keagamaan di seluruh dunia masih ada perbedan.
Bagi Muhammadiyah, tanggal 1 diartikan sebagai wujudul hilal. Dalam menentukan tanggal 1, Muhammadiyah tidak bergantung pada jumlah derajat. Sementara bagi yang lain ada yang mendefinisikan bahwa tanggal 1 bukan ditentukan dengan wujudul hilal, tetapi imkanur rukyat sebagai adanya potensi hilal bisa dilihat.
Tterkait dengan masalah kekinian dan terus dinamis, Muhammadiyah dalam memahami Al Qur’an supaya bisa membuat gerakan atau keputusan yang menjawab permasalahan zaman, dengan tiga pendekatan yaitu bayani (teks), burhani (konteks) dan irfani (intuisi).
Oleh karena itu, perhitunugan atau hisab yang digunakan oleh Muhammadiyah juga mengakomodir ilmu pengetahuan modern dalam menentukan waktu. “Astronom yang mengetahui poisisi bumi, bulan dan matahari. Kemudian dihitung oleh ilmu falak, dan ketemulah subuh jam 04.00 misalnya,” ucapnya.
Tafsir mendedahkan, apabila umat Islam hanya menggunakan pendekatan bayani atau teks saja untuk memahami Al Qur’an, tentu akan mengalami kesulitan bagi umat Islam yang hidup di negara-negara dengan empat musim yang berbeda dengan iklim di Jazirah Arab atau negara-negara di sepanjang garis kathulistiwa.
“Sehingga bapak ibu tahu zuhur jam berapa itu karena jasa teknologi, inilah yang di Muhammadiyah disebut dengan pendekatan burhani.” Ungkapnya.
Meski demikian, atas segela perbedaan tentang definis tanggal 1 atau penentuan awal bulan ditubuh internal umat Islam, Tafsir mengajak semuanya untuk saling memaklumi dan tidak saling menyalahkan, dan menganggap kelompoknya berada di atas kelompok lain yang berbeda.