MUHAMMADIYAH.OR.ID, SIDOARJO—Hadir ke Sidoarjo, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir lakukan dua agenda dalam satu waktu acara yaitu menyampaikan amanat di pelantikan rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), peresmian Masjid An Nur dan Gedung Dakwah Muhammadiyah Sidoarjo.
Atas dilantiknya Rektor Umsida periode 2022-2026, Hidayatulloh, Haedar menyampaikan tahniah. “Kami atas nama Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan tahniah atas amanah yang untuk empat tahun ke depan yang tentunya tidak ringan.” Ucapnya pada, Rabu (30/11) dalam amanatnya.
Tantangan dalam kepemimpinan empat tahun ke depan yang akan dihadapi oleh Hidayatulloh, imbuhnya, akan bisa diatasi apabila mampu membangun kolaborasi baik dalam internal persyarikatan, maupun yang melintas dengan eksternal. Haedar juga menyampaikan selamat atas capaian yang telah diukir di masa jabatan sebelumnya.
Memandang Umsida ke depan, atas milestone yang telah ditancapkan, Guru Besar Sosiologi ini mengatakan bahwa itu bukan hanya proyeksi-proyeksi, tetapi sudah dimanifestasikan dalam aksi nyata. Hal itu dapat disaksikan baik dalam bentuk fisik maupun jiwa, yang telah dilakukan oleh Umsida.
“Lompatan ini tentu karena ada visi kepemimpinan, sebagai rektor melanjutkan atas apa yang sudah dirintis oleh rektor-rektor sebelumnya.” Imbuhnya.
Visi dan pembangunan kesinambungan merupakan ciri kemajuan gerakan Muhammadiyah. Kepemimpinan pergerakan yang berbasis agama ini menjadi karakteristik yang khas di Muhammadiyah.
Karakter ini menjadi kekuatan yang luar biasa, dan bahkan karakter ini sulit dilacak dalam teori-teori kepemimpinan barat. Berbeda dengan konsep kepemimpinan yang ada di tradisi Jawa, bahkan Indonesia secara umum, kepemimpinan di Muhammadiyah alih-alih mengandalkan karismatik tokoh, yang kerap kali dibangun atas landasan mitologis, di Muhammadiyah justeru yang berkembang adalah karismatik nilai yang berkarakter religious movement.
“Saya yakin di Muhammadiyah tidak itu. Pola kepemimpinan adalah sebagai berkarakter religious movement, yang didalamnya bukan hanya ada pergerakan, tetapi ada value, ada nilai-nilai.” Ucapnya.
Haedar menyampaikan, ke depan teori kepemimpinan yang berkembang ada teori kepemimpinan transformatif yang menghendaki adanya perubahan serta memiliki proyeksi ke depan. Teori transformative jika tidak kokoh akan menjadi pragmatis, oleh karena itu ditawarkan lagi teori kepemimpinan baru yang disebut dengan teori identitas organisasi.