MUHAMMADIYAH.OR.ID, MAGELANG—Dalam konteks dakwah bil lisan, menurut Pimpinan Redaksi Republika, Irfan Junaedi memiliki kesamaan dengan dunia jurnalisme. Demikian disampaikan Irfan pada, Senin (23/5) di acara Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah – ‘Aisyiyah ke-48 di UM Magelang.
Irfan melanjutkan, bahwa di dunia jurnalisme atau pers ada empat fungsi. Yakni untuk menginformasikan, mempengaruhi, mendidik, dan hiburan. Empat fungsi ini juga mudah ditemukan di dalam konteks dakwah bil lisan. Walaupun tidak sedikit da’i yang melupakan fungsi-fungsi tersebut.
“Sehingga orang dakwah mestinya orang harus terhibur, itu pulang dari dakwah malah akhirnya berantem, sedih. Dakwah yang fungsinya untuk mengedukasi dan mempengaruhi, kadang-kadang agak terpeleset sedikit jadi memprovokasi,” tuturnya.
Kesalahan-kesalahan tersebut menurutnya menjadi catatan dan tantangan bersama yang harus dihadapi oleh Umat Islam. Irfan berharap, empat fungsi pers tadi setidaknya bisa diterapkan dalam aktivitas da’i Islam dalam mendakwahkan Agama Islam bil lisan ke publik yang lebih luas.
Di keadaan masyarakat yang sedang mengalami kebanjiran informasi, kata Irfan, banjir atau bahkan tsunami informasi ini menurutnya kemudian menimbulkan chaos. Karena antara informasi yang benar dan salah bercampur aduk, atau bahkan sengaja ada pihak yang mencampurkan keduanya.
“Sehingga kita atau ibu-bapak yang aktif di dunia dakwah ketika mengambil satu rujukan informasi harus benar-benar dipastikan itu benar”. Ucapnya.
Verifikasi informasi bagi para da’i menurutnya adalah mutlak, sebab dakwah merupakan aktivitas yang menyampaikan kebenaran. Oleh karena itu dia mengajak pada konsep sebagai pijakan, bahwa setiap informasi atau konten dakwah yang disampaikan harus dipastikan benar.
Selain masalah percampuran informasi, masalah lain yang dihadapi saat ini adalah persoalan etika. Kebebasan yang disediakan di masa sekarang seringkali dilupakan. Etika harus dipegang teguh oleh insan pers, dan juga termasuk para aktivis dakwah. Terlebih di tengah populisme dan evangelism keberagamaan.
“Kalau kita lepas dari etika, yang terjadi bukan dakwah yang rahmatan lil alamin jadinya. Tapi dakwah yang mengajak orang berantem. Padahal konsep rahmatan lil alamin ini merupakan konsep yang sangat cantik, saya rasa semua orang, semua makhluk akan menerimanya”. Sambungnya.