MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA—Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti pada (4/3) di acara Menyambut Buku Karsa untuk Bangsa, 66 Tahun Azyumardi Azra, CBE, mengatakan tradisi milad atau hari ulang tahun dengan menerbitkan buku seperti yang dilakukan oleh Prof. Azra menarik dan patut menjadi teladan.
“Saya kira ini tradisi yang bisa menjadi teladan kita di mana hari ulang tahun itu ditandai dengan peluncuran buku, dan itu tidak banyak yang melakukannya apalagi,” ungkap Mu’ti.
Tidak hanya satu atau dua buku, melainkan sebanyak 7 buku yang diluncurkan pada Hari Ulang Tahun Prof. Azra yang ke 65. Bukan hanya dalam bentuk buku, Guru Besar Sejarah Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini juga rutin menulis di surat kabar nasional.
Terkait dengan karya tulis Prof. Azra, Mu’ti menyebut senantiasa di setiap karyanya selalu enak dibaca dan seringkali menemukan hal baru. Hal itu menjadikan pembaca mendapatkan pengetahuan yang baru, argumentasi yang dibangun juga kuat sebab merujuk pada buku-buku ter-update dan penelitian otoritatif.
“Inilah yang saya kenal baik dari Prof. Azra, dan sampai sekarangpun ketika saya pada akhirnya menjadi Guru Besar saya tetap saja adalah murid Prof. Azra”. Ungkapnya.
Abdul Mu’ti pada kesempatan ini juga menyampaikan selamat atas buku “Karsa untuk Bangsa 66 Tahun Azyumardi Azra, CBE”. Menurutnya diterbitkannya buku ini merupakan pengakuan dari rekan atas kiprah Prof. Azra. Bukan hanya dari rekan dalam negeri tapi juga dari luar negeri, seperti cendekiawan muslim di Amerika.
“Inspirasi-inspirasi yang selama ini bisa kita peroleh dari karya Prof. Azra itulah yang saya kira bisa menjadi suluh bagi kita sekalian. Bagaimana menjadi seorang penulis konsisten, seorang penulis yang senantiasa menjadi pembelajar yang baik,” tuturnya.
Di mata Mu’ti, Prof. Azra merupakan intelektual muslim yang prolific dan egaliter. Dalam pengalamannya, Mu’ti amat jarang menemukan sikap tidak menghargai, merendahkan, atau kurang menghargai terhadap mitra dialog yang muncul dari sosok Prof. Azra. Selain itu, Prof. Azra juga sangat mengapresiasi intelektual muda.
“Sebagai referensi itu adalah skripsi mahasiswa S1, jarang ada profesor yang sudah kelas internasional masih bersabar mau membaca skripsi mahasiswa S1. Ini saya kira prof. Azra adalah seorang yang terbuka secara keilmuan dan sekali lagi seorang yang mau belajar kepada siapapun termasuk kepada pemula,” kata Mu’ti.