MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Akal adalah anugerah Allah yang memiliki potensi untuk terus berkembang. Akal yang terawat, akan mampu memahami syariat dan ajaran Islam lebih baik daripada akal yang tidak terawat.
“Akal itu bagaikan biji tanaman, yang itu ditanam di dalam tanah dan agar hidup tumbuh harus disiangi, disirami secara terus menerus. Akal tidak akan tumbuh dengan sempurna jika tidak disirami dengan ilmu pengetahuan,” demikian kata Wakil Sekretaris Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Mifathulhaq.
Dalam pengajian Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Sabtu (18/9) Miftahulhaq menjelaskan bahwa Kiai Ahmad Dahlan mengajarkan agar upaya menyirami akal itu harus sejalan dengan kehendak Allah Yang Maha Esa.
“Artinya, wahyu Allah itu harus tetap menjadi sumber ilmu. Maka di Muhammadiyah, Bapak Ibu bisa membaca filsafat pendidikan Muhammadiyah, di situ disebutkan bahwa sumber-sumber ilmu pengetahuan dalam Islam itu adalah Alquran dan As Sunnah, kemudian juga ada ayat-ayat kauniyah untuk menambah pemahaman kita kepada dua hal itu,” terangnya.
“Jadi kata kunci yang saya kira penting dalam beragama bahwa akal kita tidak akan mampu menangkap petunjuk-petunjuk, larangan-larangan, perintah-perintah Allah kalau kemudian tidak kita pupuk, tidak kita sirami dengan pengetahuan yang mampu mendukung pemahaman keagamaan kita,” imbuhnya.
Usaha merawat akal ini menurut Miftahulhaq amat ditekankan agar anugerah akal yang ada justru tidak berbalik menjadi alat yang berbahaya.
“Sehingga kita tidak tercerabut dalam kehendak Allah dalam memahami setiap pengetahuan yang ada. Ketika kita tercerabut, maka pengetahuan yang ada justru menjadikan akal kita jauh dari keselamatn dunia dan akhirat,” terangnya.
“Kita sebagai warga Muhammadiyah harus memperhatikan kondisi akal pikiran kita jangan sampai kemudian akal ini menjadi sesuatu yang kontra produktif dalam kehidupan kita,” pungkas Miftahulhaq.