MUHAMMADIYAH.OR.ID, SAMARINDA– Dari sekian banyak lokasi yang potensial dipilih untuk mendirikan perguruan tinggi di Malaysia, PP Muhammadiyah memilih Perlis sebagai lokasi untuk menancapkan sejarah internasionalisasi bidang perguruan tinggi melalui pendirian Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM).
Perlis merupakan negara bagian Malaysia yang beribu kota Kangar. Perlis terletak di bagian utara pantai barat Semenanjung Malaysia dan memiliki Provinsi Satun, dan berbatasan dengan Songkhla, Thailand di perbatasan utara.
Sesuai Surat Kelulusan UMAM bernomor JPT/BPP(U)1000-801/172 Jld.(6) tanggal 5 Agustus 2021. UMAM dinyatakan Lulus sebagai Institusi Pendidikan Tinggi Swasta (IPTS) Malaysia, dengan 15 program studi yang terdiri dari 5 program studi PhD, 5 Program Studi Master dan 5 Program Studi Bachelor.
Terkait dengan lokasi pendirian UMAM di Perlis, Malaysia, Prof. Bambang Ketua BPH UMAM menuturkan alasannya. Berikut tiga alasan utama yang menjadikan Perlis sebagai lokasi berdirinya UMAM secara fisik. Alasan pertama adalah Masyarakat Perlis memiliki kesesuaian dengan Manhaj Muhammadiyah.
Alasan kedua UMAM juga mendapat dukungan penuh dari Kerajaan Perlis melalui Raja Perlis DYTM Tuanku Syed Faizuddin Putra. Dukungan juga datang dari Majelis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Perlis khususnya Mufti Negeri Perlis Sahibus Samahah Dato’ Arif Perkasa Prof. Madya Dr. Mohd Asri bin Zainul Abidin.
Alasan ketiga yang mendukung Perlis dijadikan sebagai lokasi UMAM adalah slot tempat, sebab Pemerintah Malaysia memiliki peraturan batasan kepadatan universitas dalam satu kawasan, dan Perlis masuk ke dalam kawasan yang belum begitu padat universitas.
“Mudah-mudahan ini menjadi satu titik Dunia Islam mengejar ketertinggalan, dan secara praktis itu juga menolong Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang masih banyak memerlukan doktor,” sambungnya.
Selain dukungan dari pemangku kebijakan dari wilayah Perlis, UMAM juga mendapat dukungan dari para pejabat dan institusi pada Kementerian Pengajian Tinggi Malaysia, khususnya Dr. Maszlee Malik, Dr. DS. Noor Aini, dan Prof. Dato’ Dr. Husaini Bin Omar.
Serta mitra Muhammadiyah di Malaysia terutama Prof. Dato’ Dr. Mohd Noh Bin Dalimin bersama para Guru Besar yang berkhidmat mendukung dan membantu pendirian UMAM. Prof. Bambang Setiaji melanjutkan, UMAM bukanlah universitas cabang dari salah satu universitas Muhammadiyah dari Indonesia.
Melainkan, UMAM tercatat sebagai universitas swasta baru di Malaysia. Namun demikian UMAM adalah hasil konsorsium 17 universitas-universitas Muhammadiyah di Indonesia. Sementara itu, terkait dengan saham UMAM dipegang oleh Muhammadiyah sebesar 70 persen, dan bumiputera Malaysia 30 persen.
“Itu peraturan saja dari Malaysia supaya itu ada kerjasama dengan bumiputera,” pungkasnya.