MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA – Kualitas dunia pendidikan Indonesia dipertanyakan seiring dengan beberapa riset terkait keadaban warga Indonesia di dunia maya oleh Microsoft hingga tingkat daya saing global masyarakat Indonesia yang ternyata berada di bawah 6 negara tetangga di Asean.
Nilai buruk Indonesia dalam Global Talent Competitiveness 2020 bersama Human Development Index (HDI) 2017 menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir tidak terlepas dari kualitas pendidikan nasional.
“Dari dua parameter ini saja kita sebenarnya punya problem internal dengan dunia pendidikan kita. Bagaimana caranya pendidikan kita itu mampu secara signifikan untuk meningkatkan daya saing bangsa. Kemudian yang kedua, bagaimana juga dunia pendidikan itu mampu meningkatkan HDI kita sehingga setara dengan bangsa lain,” kata Haedar dalam forum webinar nasional guru Muhammadiyah, Sabtu (24/7).
Hasil penelitian di atas sebenarnya dianggap mengejutkan oleh Haedar. Sebab selama ini masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang ramah, agamis dan berbudi pekerti luhur.
“Padahal itu sudah jadi state of mind kita, tapi ya whats wrong? Apa yang salah? Boleh jadi karena memang ada masalah di dunia pendidikan kita, ada kesenjangan antara value (nilai) normatif dengan aspek tindakan,” jelasnya.
Maka, tenaga pendidikan Muhammadiyah pun didorong Haedar untuk mengarahkan anak didiknya mampu mengamalkan nilai-nilai luhur yang laten itu ke dalam alam pikiran dan tindakan nyata.
“Ini adalah hal yang perlu menjadi konsen. Sebab pendidikan itu harus hadir menjembatani atau bahkan mengaktualisasi nilai laten normatif itu menjadi nilai nyata, menjadi tindakan. Inilah yang perlu jadi perhatian kita,” tegasnya.
Untuk mewujudkannya, pembenahan kurikulum dianggap Haedar sebagai salah satu solusi yang bisa diandalkan.
“Karena itu, maka berbagai macam aspek strategi termasuk bagaimana kurikulum itu dibangun dan strategi dilaksanakan itu kan semuanya adalah instrument untuk menerjemahkan nilai-nilai (luhur) itu. Karena itu saya berharap forum ini terus berpikir secara runtut, sistematis untuk mengidentifikasi problem-problem dunia pendidikan kita sekaligus juga konstruksi pemikiran-pemikiran yang dapat menjadi rujukan dan bingkai kita menyelenggarakan pendidikan,” tutupnya.