MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Agus Taufiqurrahman menegaskan bahwa selain penyembelihan hewan kurban, perintah Allah SWT yang ada di bulan Zulhijjah juga fokus pada beberapa ibadah besar, antara lain Haji dan Iduladha. Hal ini telah tercantum pada Q.S. As-Saffat: 102 yang menjelaskan tentang perintah berkurban kepada Nabi Ibrahim dan Ismail AS.
Agus menyampaikan bahwa Iduladha merupakan momentum yang pas untuk belajar terkait sepak terjang dan karakter keluarga Nabi Ibrahim dalam menghadapi kehidupan yang penuh rintangan dengan sikap penuh tabah dan ikhlas.
“Setelah mendapat ujian dalam menanti kehadiran sang buah hati dan kemudian dikaruniai oleh Allah, cobaan silih berganti. Nabi Ibrahim dihadapkan dengan perintah Allah untuk menyembelih anaknya, yakni Ismail. Sebagai seorang hamba yang memiliki leval keimanan tinggi, Ibrahim mampu menjalankan ujian tersebut. Oleh Allah, kemudian Nabi Ismail diganti dengan seekor domba,” papar Agus dalam Khutbah Iduladha pada Jum’at (6/6) bertempat di Bendungan Hilir Raya, Jakarta Pusat.
Agus juga mengatakan, berkat tingkat ketakwaannya yang tinggi dalam menjalankan perintah, Nabi Ibrahim mendapatkan predikat lulus dalam ujian yang diberikan Allah. Ibrahim yakin, bahwa setiap perintah yang diberikan oleh Allah adalah suatu hal bijak yang tidak bisa diintervensi dan dinegosiasi.
“Kejadian besar ini kemudian menjadi titik balik perayaan yang sampai saat ini dikenal dengan ibadah kurban. Perintah berkurban ditujukan kepada muslim yang berkecukupan, selaras dengan perintah Rasulullah SAW yang memerintahkan kepada umatnya yang mampu untuk menunaikan ibadah berkurban,”jelas Agus.
Ibadah Kurban Memiliki Dua Dimensi
Agus sendiri berpendapat bahwa Ibadah dibagi menjadi dua dimensi, yakni ibadah secara vertikal dan horizontal. Ibadah vertikal, berarti kita melakukan ibadah bertujuan hanya untuk mengharap ridha allah dan berbakti kepada-Nya (ikhlas Lillahi ta’ala). Kurban pada dimensi ini merupakan wujud simbolis ketauhidan Allah. Seorang hamba hendaknya mencintai tuhannya melebihi cinta kepada sanak saudara maupun harta benda paling mahal sekalipun.
Sementara Ibadah horizontal kaitannya erat dengan hubungan kepada manusia. Kurban berperan penting dalam upaya memberdayakan masyarakat yang kurang mampu tanpa pilih kasih melalui agenda pembagian daging. Hal ini menjadi gambaran penting bahwa manusia sebagai makhluk sosial perlu memikirkan perannya di dunia ini, yakni menolong sesama. Rasa semangat untuk rela berkurban perlu ditanamkan pada diri masing-masing, khususnya seorang muslim. Hal ini perlu untuk membangun rasa persatuan dan persaudaraan yang tulus.
Terakhir, Agus menambahkan semangat berkurban perlu terus dilestarikan dan dipupuk dalam-dalam.
“Seorang Mukmim harus memberi kebaikan bagi sesama dan lingkungannya. Membangun kebersamaan secara ikhlas dan bermanfaat. Sebagai wujud berkurban bagi kepentingan sesama, setiap mukmin harus menghindarkan diri dari segala bentuk egoisme seperti bertindak semaunya sendiri dan berbuat yang merugikan pihak lain,”pungkas Agus. (Wafiq)