MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Duta Besar Republik Indonesia untuk Sosialis Vietnam, H.E. Denny Abdi menyampaikan sejumlah refleksi penting mengenai dinamika pembangunan di Vietnam yang patut menjadi bahan pemicu semangat bagi bangsa Indonesia.
“Bappenas dan Muhammadiyah ini merupakan dua institusi yang sangat penting bagi negeri ini. Kami sangat bangga ketika Bappenas yang merupakan bagian dari pemerintah dan Muhammadiyah yang juga merupakan organisasi besar di negeri ini saling bekerjasama untuk membangun negeri,” ujarnya dalam Silaturahmi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) ke Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di Yogyakarta pada Senin malam (9/7).
Selanjutnya Dubes Denny menyinggung perkembangan pesat yang dialami Vietnam pasca reformasi ekonomi pada 1986 dan dalam sejarahnya, Vietnam mengalami jalan panjang dan berliku. Negara tersebut bahkan sempat terbelah menjadi dua yaitu Vietnam Utara dan Vietnam Selatan dan baru menemukan pijakan stabil setelah reformasi besar di tahun 1986.
“Seiring dengan reformasi di China, Tahun 90 an Vietnam pun membuka diri dan tahun 1995 bergabung di ASEAN dimana Indonesia yang merupakan sahabat Vietnam sangat terbuka mengulurkan tangannya supaya Vietnam bergabung menjadi keluarga besar ASEAN,”jelasnya.
Sejak saat itulah konsep pembangunan di Vietnam termasuk ideologi tetap sosialis namun ekonominya market. Vietnam juga memiliki konsep mengintegrasikan ekonomi Vietnam kepada ekonomi dunia.
“Artinya, apapun best practice dalam pembagunan dan perekonomian dunia, Vietnam akan ikuti,” jelasnya.
Strategi Vietnam cukup membuahkan hasil, dimana dalam dua dekade terakhir mereka mengalami pertumbuhan di angka 7-8 persen. Bahkan fakta menarik yang diungkapkan Denny adalah nilai ekspor Vietnam ke dunia sebesar 100 miliar dollar lebih besar dari Indonesia.
“Income per kapita Vietnam pada 2024 hanya terpaut 200 dollar dari Indonesia. Jika tren ini berlanjut, tak lama lagi mereka bisa bisa menyusul kita. Jadi, salah satu kunci dalam perjalanya mengintegrasikan ekonominya pada dunia, mereka memberikan space yang besar pada swasta untuk sektor yang membutuhkan penguasaan teknologi dan investasi besar,” jelas Dubes Denny.
Peran Swasta untuk Teknologi dan Investasi
Melanjutkan pembicaraannya, Dubes Denny mencontohkan salah satu perusahaan swasta yang bernama FPT Group, perusahaan teknologi yang kini telah menjelma menjadi perusahaan multinasional dengan pendapatan tahunan mencapai 1,4 miliar dollar.
Ia menyebut, FPT tidak hanya berfokus pada penyediaan solusi perangkat lunak, tetapi juga membangun ekosistemnya sendiri melalui sektor pendidikan dimana perusahaan ini kini mengelola universitas dengan jumlah mahasiswa terbesar di vietnam (170 ribu Mahasiswa) sebagai upaya memenuhi kebutuhan SDM untuk pengembangan teknologi dunia khususnya pada sektor Artificial Intelligence (AI) dan semikonduktor agar menjadi pemain global yang besar.
“FPT bahkan sudah bekerja sama dengan NVIDIA salah satu perusahaan teknologi besar dari Indonesia dan kini membuka jurusan khusus AI dan semikonduktor di universitas yang telah didirikannya. Dari sini kita bisa menangkap bahwa mereka sangat serius ingin menjadi pemain global,” paparnya.
“Pendiri NVIDIA pernah mengatakan bahwa Asia Tenggara harus menjadi kekuatan digital dunia untuk mampu bersaing dengan China, India, Amerika, dan Uni Eropa yang merupakan pemain besar di dunia. Maka dalam konteks ini, Indonesia sebagai pemimpin sejati di ASEAN sangat memegang peranan yang sentral,” jelasnya dengan merujuk pernyataan dari Pendiri NVIDIA.
Ia juga menambahkan terkait peran sentral Indonesia dalam kepemimpinan di ASEAN. Ia menyebut bahwa Indonesia merupakan “The True Leader of ASEAN” dimana marwah ASEAN ada pada Indonesia dan bahkan Foreign Policy ASEAN juga merujuk pada Foreign Policy Indonesia yang bebas aktif dan tidak memihak ke siapapun.
“Indonesia adalah The True Leader of ASEAN . Jadi setidaknya para pemimpin ASEAN dan bangsa-bangsa di ASEAN harus berhasil menjaga kawasan ini bebas dari konflik-konflik besar di dunia sehingga kita bisa membangun. Indonesia dengan Vietnam saja sudah separuh lebih dari populasi ASEAN,” pungkasnya.
Muhammadiyah Sebagai Mitra Besar yang Strategis
Menutup pemaparannya, Dubes Denny mengajak Muhammadiyah sebagai salah satu mitra stategis untuk terus berupaya bersama mencerdaskan kehidupan bangsa. Ia menekankan bahwa pendidikan bukan hanya sekedar tujuan, melainkan jalan menuju penguatan ekonomi dan pencapaian visi untuk menjadi negara yang maju.
“Maka dengan itu kami memikirkan untuk menggandeng mitra besar dan disini yang paling kelihatan adalah Muhammadiyah,”
“Benang merahnya adalah, kalau kita mendidik dengan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, maka FPT sudah melakukan, menjawab mengapa bangsa ini dicerdaskan? jadi bangsa dicerdaskan untuk menyerap teknologi, teknologi diserap agar ekonomi kita menjadi kuat, ekonomi kita kuat supaya kita bisa mencapai negara maju 2045,” papar Dubes Denny.
Kunjungan Bappenas ke PP Muhammadiyah kali ini menjadi momentum strategis memperkuat kolaborasi antara pemerintah dan organisasi masyarakat dalam pembangunan nasional.
Penyampaian dari Dubes RI untuk Vietnam ini tentu dapat menjadi pengingat sekaligus penguat pentingnya kolaborasi, penguatan SDM melalui sektor riset dan pendidikan, serta adaptasi terhadap teknologi yang juga menjadi kunci menuju kemajuan. (bhisma)