Jumat, 1 Agustus 2025
  • AR
  • EN
  • IN
Muhammadiyah
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
No Result
View All Result
  • Login
Muhammadiyah
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
No Result
View All Result
  • Login
Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
Home Artikel

Metodologi Curhat yang Baik dan Benar

by ilham
4 bulan ago
in Artikel, Berita
Reading Time: 4 mins read
A A
Metodologi Curhat yang Baik dan Benar

Imron Rivaldi akhirnya pulang ke Garut setelah sekian lama merantau. Baru saja ia merebahkan tubuh di kasur tua peninggalan neneknya, ponselnya bergetar hebat. Kotak masuknya menampilkan undangan pernikahan dari sahabat lamanya, Mohammad Fadli.

“Akhirnya, Lord Fadli melepas status non-marital,” gumam Imron sambil tersenyum kecil, membayangkan Fadli yang dulu terkenal cuek soal cinta kini akan berumah tangga.

Beberapa hari kemudian, Imron bertemu dengan Fadli dan teman mereka yang lain, Dayat Sudrajat, di sebuah warung kopi sederhana. Awalnya, Imron mengira pertemuan ini untuk memikirkan nasib umat Islam di kancah global, lengkap dengan segala nasihat untuk memikirkan peradaban.

Tapi, dugaan itu buyar ketika Fadli membuka mulut. Di balik senyumnya yang dipaksakan, Fadli mengaku masih terjebak dalam bayang-bayang cinta masa lalunya tetapi harus segera menikah. Baginya, menikah saat ini bukan lagi tentang kebutuhan biologis, tapi keharusan sosial.

MateriTerkait

Ziarah ke Makam Kyai Dahlan

Padati Masjid Gedhe Kauman, Ribuan Warga dan Kader IMM Melepas Tokoh Muhammadiyah Abdurrosyad Sholeh

Kampus Muhammadiyah Gandeng TVMU, Perkuat Dakwah dan Edukasi Digital

“Begitu dipaksa buat nikah sama pilihan orang tuaku, tapi tiba-tiba, dia, mantanku, muncul lagi, ngomongin perasaannya yang dulu nggak pernah dia ungkap,” keluh Fadli, matanya menerawang jauh.

Imron mendengarkan dengan penuh perhatian, mencoba memahami pergolakan batin sahabatnya itu. Kisah Fadli memang klise. Mirip sekali dengan roman klasik atau novel teenlit yang pernah Imron baca sewaktu SMA.

Tapi, melihat ekspresi Fadli yang lebih mirip Majnun ketimbang pria platonis adiluhung, Imron tahu ini bukan sekadar drama biasa. Ini nyata, dan getirnya terasa sampai ke meja perundingan mereka.

“Kenapa dia minta balikan di saat genting kayak gini, Dli?” tanya Imron.

Sayangnya, momen curhat yang seharusnya jadi ajang pelepas beban itu malah berantakan. Dayat tak bisa menahan diri untuk ikut nimbrung.

“Ya Tuhan, Fadli, kamu masih mending lah! Punya calon istri, masih ada yang ngejar pula. Aku? Nganggur udah dua tahun, hidupku kaya kapal karam,” Dayat nyerocos.

“Eh, tapi aku stres banget, Dayat. Kerjaan numpuk, hati galau, duit juga pas-pasan. Bayangin, nikah bentar lagi, tapi pikiran malah balik ke masa lalu.”

“Kok bisa, Dli? Apa calon istrimu udah tau?” tanya Imron mencoba mengembalikan lampu percakapan pada masalah Fadli.

“Kalau masih punya uang harusnya kamu bersyukur, Dli! Aku malah nggak punya apa-apa. Baju lebaran aja pakai yang tahun kemarin, udah kusut, bolong pula di siku!” kata Dayat.

“Stresku beda, Yat. Aku takut salah pilih jalan hidup. Nikah itu keputusan besar, tapi mantanku tiba-tiba chat, bilang dia nyesel. Aku jadi ragu, ini bener apa nggak jalanku?”

“Salah pilih jalan hidup? Aku malah nggak punya jalan sama sekali, Dli!”

Imron yang awalnya ingin ikut curhat soal pekerjaannya yang tak kunjung selesai akhirnya memilih diam, menyaksikan kedua temannya saling adu nasib.

“Eh, tapi aku beneran bingung, Yat! Mantanku kemarin nelpon, nangis-nangis minta ketemu. Aku takut calon istriku tahu, ini udah mau resepsi, tapi hati aku kacau banget!”

“Ya Tuhan, Dli, aku jangankan nikah, makan sehari dua kali aja harus ngutang ke warung! Kemarin aku lupa bayar utang, ibu warung dateng ke rumah, teriak-teriak depan tetangga. Malunya sampe ke ubun-ubun, Dli!”

“Kamu nggak ngerti, Yat. Aku takut nikah cuma jadi pelarian. Aku sayang sama calon istriku karena dia pilihan orang tuaku, tapi mantanku bilang dia masih nunggu aku bertahun-tahun. Aku harus apa? Ini soal hati, bukan cuma duit!”

“Aku paham, Dli, aku cuman mau kalau kamu tuh bersyukur, ada yang lebih menderita daripada kamu, yaitu aku, dan mungkin juga si Imron.”

“Aku? Kalian aja deh yang menderita, aku nggak ikutan,” jawab Imron.

Di tengah percakapan yang kian memanas, Imron mulai kesal. Bukan karena Dayat berhasil “menang” dalam kompetisi “hidup siapa yang paling sial,” tapi karena sorot lampu percakapan terus berpindah dari satu keluh kesah ke keluh kesah lainnya. Alih-alih saling menguatkan, mereka malah sibuk memamerkan luka masing-masing.

“Ini bukan curhat lagi, ini pamer kesedihan,” kata Imron mengakhiri diskusi pada malam itu.

Pertemuan itu tak membuahkan hasil apa-apa. Fadli masih terlihat murung, memandangi cangkir kopinya yang sudah kosong, sementara Dayat terus saja mengeluh. Waktu terus berjalan, dan malam semakin larut. Di luar, langit mulai mendung dan waktu sahur hampir tiba.

Mereka akhirnya memutuskan pulang, tapi suasana tetap tegang. Fadli berjalan dengan langkah berat, pikirannya masih berkutat pada dilema hatinya. Dayat masih sempat berbalik ke arah Imron dan berkata, “Besok aku cerita lagi, ya, hidupku lebih susah daripada sinetron di Indosiar!”

Imron hanya mengangguk lelet, tak tahu harus menjawab apa. Mereka berpisah di ujung jalan, meninggalkan meja warung kopi yang penuh cerita tak selesai, sementara angin malam membawa hawa dingin menjelang sahur.

Sesampainya di rumah, Imron mulai merenung. Ada pola aneh dalam cara manusia berkomunikasi, terutama saat curhat. Orang sering kali tak sadar menjadikan kesedihan sebagai alat untuk merebut perhatian, bahkan dengan niat baik sekalipun.

Kalian harus bersyukur, masih ada yang lebih susah, kata-kata klise itu memang sering terucap, tapi Imron kini paham ada sisi gelap di baliknya. Para psikolog menyebutnya toxic positivity: motivasi yang seolah positif tapi justru menyakiti.

Dari semua kekacauan itu, Imron belajar sesuatu. Curhat itu ada metodologinya. Jika ada teman yang sedang ingin mengeluh, biarkan mereka bersedih sepuasnya. Jangan buru-buru menghibur dengan memamerkan kesialan diri sendiri, apalagi dengan kalimat “bersyukur dong.”

Dalam Islam, ini selaras dengan adab bicara dan mendengar—QS Al-A’raf ayat 204 mengingatkan kita untuk jadi pendengar yang baik, dan Rasulullah melarang umatnya meremehkan penderitaan orang lain.

Jadi, saat Fadli curhat tentang cinta masa lalunya, Imron memilih diam dan mendengarkan. Tak ada nasihat bijak, tak ada adu nasib. Hanya secangkir kopi dan telinga yang terbuka. Karena sejatinya, metodologi curhat yang baik dan benar adalah tentang memberi ruang, bukan merebut panggung.

Belum sempat tidur, tiba-tiba pintu kamar Imron ada yang mengetuk.

“Imron, cepet bangun! Sahur, sahur!” Itu suara Bu Elis Markonah, ibu Imron

“Ya Tuhan, Bu, aku baru aja mo tidur, capek banget, tidurku kurang.”

“Kamu masih mending, Mron, Ibu semaleman bikin kue buat lebaran,” jawab Bu Elis.

Imron tersentak, lalu tersenyum kecut, menyadari bahwa tiap-tiap orang ingin sekali keluh kesahnya didengarkan, direspons, dan diafirmasi. Dalam hati, ia kembali teringat pelajaran malam itu bersama Fadli dan Dayat: curhat sejati bukan tentang siapa yang paling menderita, melainkan tentang saling memberi ruang untuk berbagi dan diterima.

Hindari ucapan ‘kamu masih mending’, itu intinya, kata Imron dalam hati.

Keesokan harinya, suasana di rumah Imron sedikit lebih ramai dari biasanya. Paman Imron, yang biasa dipanggil Pak Ujang, datang dengan langkah santai tapi penuh wibawa, membawa amplop-amplop kecil yang sudah jadi tradisi keluarga menjelang Lebaran.

Pak Ujang duduk di kursi kayu tua di tengah ruangan, mulai memanggil satu per satu nama keponakannya yang di bawah umur. “Ilyas, sini dulu!” katanya dengan suara yang sedikit serak.

Ilyas Ibrahim, adik Imron yang masih SD, buru-buru nyamperin dengan senyum lebar, tangannya sudah siap terbuka. Pak Ujang ngeluarin selembar uang Rp50.000 dari amplop cokelat yang agak kusut, lalu nyodorin ke Ilyas.

“Ini buat kamu, beli es krim atau apa kek,” ujar Pak sambil nyengir.

“Horeee!”

“Buat aku ada nggak, Om?” pinta Imron.

“Kamu udah besar, ini cuman buat anak-anak, Mron.”

Tapi, begitu Ilyas melihat nominalnya, dengan keheningan yang polos Ilyas malah protes, “Masa cuma segini, Om?”

“Kamu masih mending!” cerocos Imron.

#KontrakanImron

ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Madrasah Kiai Dahlan Jadi Peredam Ketegangan Kelompok Mutihan dan Abangan

Next Post

Gerai Pertama Mentarimart Dibuka, Targetkan 150 Gerai di Jatim

Baca Juga

Ziarah ke Makam Kyai Dahlan
Berita

Ziarah ke Makam Kyai Dahlan

31/07/2025
Padati Masjid Gedhe Kauman, Ribuan Warga dan Kader IMM Melepas Tokoh Muhammadiyah Abdurrosyad Sholeh
Berita

Padati Masjid Gedhe Kauman, Ribuan Warga dan Kader IMM Melepas Tokoh Muhammadiyah Abdurrosyad Sholeh

31/07/2025
Gerakan Infak Pendidikan 111 Muhammadiyah; supaya Masalah Ekonomi Tidak Jadi Alasan Anak Putus Sekolah
Berita

Kampus Muhammadiyah Gandeng TVMU, Perkuat Dakwah dan Edukasi Digital

31/07/2025
Punya Kendaraan Mobil, Apakah Wajib Dizakati?
Artikel

Pejabat Negara yang Punya Gaji Besar Wajib Bayar Zakat Profesi

31/07/2025
Next Post
Gerai Pertama Mentarimart Dibuka, Targetkan 150 Gerai di Jatim

Gerai Pertama Mentarimart Dibuka, Targetkan 150 Gerai di Jatim

Doa Agar Terhindar dari Siksa Kubur

Sambut Idulfitri, Mari Perbanyak Takbir

Cara Membayar Utang Puasa bagi Orangtua yang Masih Hidup dan yang Telah Meninggal

Berhias dengan Pakaian Bagus dan Wangi-wangian Menyambut Salat Idulfitri

BERITA POPULER

  • Perbedaan Antara Tilawah dan Tadarus Al Quran, Mana yang Lebih Baik?

    Jika Islam Agama Universal, Mengapa Al-Qur’an Diturunkan dalam Bahasa Arab?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Cerita Sekretaris PWM Jatim Diminta Pemuka Agama Katolik Mendirikan Kampus Muhammadiyah di Papua Tengah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Status Nasab dan Tanggungjawab Anak Hasil Zina Ketika Orang Tua Tidak Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Syafiq Mughni: KHGT Hasil Ijtihad Muhammadiyah untuk Menyatukan Persaudaraan Umat Islam se-Dunia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Wacana Peleburan BPKH dengan BP Haji, Kiai Saad: Pegang Prinsip Maslahat dan Kajian Mendalam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Haedar Nashir: Pak Rosyad Sholeh adalah Kamus Muhammadiyah yang Lengkap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • AUM Muhammadiyah Bukan Warisan Pribadi, Tapi Amanah Umat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Peran Krusial Mu’allimaat Muhammadiyah: Warisan Abad ke-20 yang Terus Berjaya di Yogyakarta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Warisan Kiai Dahlan: Spirit Kesederhanaan, Intelektualitas, dan Pengorbanan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Majelis

  • Tarjih dan Tajdid
  • Tabligh
  • Diktilitbang
  • Dikdasmen dan PNF
  • Pembinaan Kader dan SDI
  • Pembinaan Kesehatan Umum
  • Peminaan Kesejahteraan Sosial
  • Ekonomi, Bisnis dan Pariwisata
  • Pendayagunaan Wakaf
  • Pemberdayaan Masyarakat
  • Hukum dan HAM
  • Lingkungan Hidup
  • Pustaka dan Informasi

Lembaga

  • Pengembangan Pesantren
  • Pengembangan Cabang Ranting
  • Kajian dan Kemitraan Strategis
  • Pembinaan dan Pengawasan Keuangan
  • Resiliensi Bencana
  • Amil Zakat, Infak dan Sedekah
  • Pengembang UMKM
  • Hikmah dan Kebijakan Publik
  • Seni Budaya
  • Pengembangan Olahraga
  • Hubungan dan Kerjasama Internasional
  • Dakwah Komunitas
  • Pemeriksa Halal dan KHT
  • Pembinaan Haji dan Umrah
  • Bantuan Hukum dan Advokasi Publik

Biro

  • Pengembangan Organisasi
  • Pengelolaan Keuangan
  • Komunikasi dan Pelayanan Umum

Ortom

  • Aisyiyah
  • Pemuda Muhammadiyah
  • Nasyiatul Aisyiyah
  • Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
  • Ikatan Pelajar Muhammadiyah
  • Tapak Suci Putra Muhammadiyah
  • Hizbul Wathon

Wilayah Sumatra

  • Nanggroe Aceh Darussalam
  • Sumatra Utara
  • Sumatra Selatan
  • Sumatra Barat
  • Bengkulu
  • Riau
  • Kepulauan Riau
  • Lampung
  • Jambi
  • Bangka Belitung

Wilayah Kalimantan

  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Selatan
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Utara

Wilayah Jawa

  • D.I. Yogyakarta
  • Banten
  • DKI Jakarta
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • Jawa Timur

Wilayah Bali &

Kepulauan Nusa Tenggara

  • Bali
  • Nusa Tenggara Barat
  • Nusa Tenggara Timur

Wilayah Sulawesi

  • Gorontalo
  • Sulawesi Barat
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Utara
  • Sulawesi Tenggara
  • Sulawesi Selatan

Wilayah Maluku dan Papua

  • Maluku Utara
  • Maluku
  • Papua
  • Papua Barat
  • Papua Barat daya

Cabang Istimewa

  • PCIM Kairo Mesir
  • PCIM Iran
  • PCIM Sudan
  • PCIM Belanda
  • PCIM Jerman
  • PCIM United Kingdom
  • PCIM Libya
  • PCIM Malaysia
  • PCIM Prancis
  • PCIM Amerika Serikat
  • PCIM Jepang
  • PCIM Tunisia
  • PCIM Pakistan
  • PCIM Australia
  • PCIM Rusia
  • PCIM Taiwan
  • PCIM Tunisia
  • PCIM TurkI
  • PCIM Korea Selatan
  • PCIM Tiongkok
  • PCIM Arab Saudi
  • PCIM India
  • PCIM Maroko
  • PCIM Yordania
  • PCIM Yaman
  • PCIM Spanyol
  • PCIM Hongaria
  • PCIM Thailand
  • PCIM Kuwait
  • PCIM New Zealand

Kategori

  • Kabar
  • Opini
  • Hukum Islam
  • Khutbah
  • Media
  • Tokoh

Tentang

  • Sejarah
  • Brand Guideline

Layanan

  • Informasi
  • KTAM

Ekosistem

  • Muhammadiyah ID
  • MASA
  • EventMu
  • BukuMu
  • SehatMu
  • KaderMu
  • LabMu

Informasi

  • Redaksi
  • Kontak
  • Ketentuan Layanan
© 2025 Persyarikatan Muhammadiyah

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • AR icon bendera arab
  • EN
  • ID bendera indonesia
  • Home
  • Organisasi
    • Anggota Pimpinan Pusat
    • Keputusan Muktamar Ke-48
      • Risalah Islam Berkemajuan
      • Isu – Isu Strategis Keumatan, Kebangsaan dan Kemanusiaan Universal
      • Keputusan Lengkap
    • Majelis
      • Majelis Tarjih dan Tajdid
      • Majelis Tabligh
      • Majelis Diktilitbang
      • Majelis Dikdasmen dan PNF
      • Majelis Pembinaan Kader dan SDI
      • Majelis Pembinaan Kesehatan Umum
      • Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial
      • Majelis Ekonomi, Bisnis dan Pariwisata
      • Majelis Pendayagunaan Wakaf
      • Majelis Pemberdayaan Masyarakat
      • Majelis Hukum dan HAM
      • Majelis Lingkungan Hidup
      • Majelis Pustaka dan Informasi
    • Lembaga
      • Lembaga Pengembangan Pesantren
      • Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid
      • Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis
      • Lembaga Pembinaan dan Pengawasan Keuangan
      • Lembaga Resiliensi Bencana
      • Lembaga Amil Zakat, Infak dan Sedekah
      • Lembaga Pengembang UMKM
      • Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik
      • Lembaga Seni Budaya
      • Lembaga Pengembangan Olahraga
      • Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional
      • Lembaga Dakwah Komunitas
      • Lembaga Pemeriksa Halal dan KHT
      • Lembaga Pembinaan Haji dan Umrah
      • Lembaga Bantuan Hukum dan Advokasi Publik
    • Biro
      • Biro Pengembangan Organisasi
      • Biro Pengelolaan Keuangan
      • Biro Komunikasi dan Pelayanan Umum
    • Profil
      • AD/ ART Muhammadiyah
      • Sejarah Muhammadiyah
      • Lagu Sang Surya
      • Organisasi Otonom
      • Cabang Istimewa/Luar Negeri
    • Ideologi
      • Muqodimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
      • Masalah Lima
      • Kepribadian Muhammadiyah
      • Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah
      • Khittah Muhammadiyah
      • Langkah Muhammadiyah
    • Daftar Anggota
  • Opini
    • Budaya Lokal
    • Filantropi & Kesejahteraan Sosial
    • Pemberdayaan Masyarakat
    • Lingkungan & Kebencanaan
    • Masyarakat Adat
    • Milenial
    • Moderasi Islam
    • Resensi
  • Hikmah
  • Hukum Islam
  • Khutbah
    • Khutbah Jumat
    • Khutbah Gerhana
    • Khutbah Nikah
    • Khutbah Idul Adha
    • Khutbah Idul Fitri
  • Tokoh
  • Kabar
    • Internasional
    • Nasional
    • Wilayah
    • Daerah
    • Ortom
  • Galeri
    • Foto
  • Login

© 2025 Persyarikatan Muhammadiyah - Cahaya Islam Berkemajuan.