MUHAMMADIYAH.OR.ID, LAMONGAN – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Syafiq A. Mughni sampaikan kuliah umum dalam Peluncuran dan Bedah Buku Sang Mujadid dari Paciran ‘KH. Ridlwan Syarqawi’ pada (13/10) di Pondok Modern Muhammadiyah Paciran, Lamongan.
Buku “Sang Mujadid dari Paciran” yang diterbitkan oleh Suara Muhammadiyah (SM) ini merupakan hasil penelitian dari Syafiq Mughni dan disunting oleh Bahrus Surur. Hubungan antara Syafiq Mughni dan Bahrus Surur merupakan cucu ponakan dan cucu dari sosok utama yang diangkat dalam buku ini, yaitu KH. Ridlwan Syarqawi.
Syafiq Mughni menyampaikan, buku ini awalnya adalah proyek penelitian dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) yang dilakukan sekitar tahun 1980-an. Setelah menjadi arsip puluhan tahun, rekaman yang dibuat oleh Syafiq tersebut menemukan jalannya untuk diproduksi menjadi buku sejarah dan diterbitkan oleh Suara Muhammadiyah.
“Sudah tersimpan kurang lebih 40 tahun, yang kemudian saya kirimkan ke Om Iyung. Lalu diterbitkan, dan saya berterima kasih kepada Suara Muhammadiyah dan Pondok Modern Muhammadiyah, sehingga buku ini menjadi khazanah publik,” katanya.
Sebagai cucu ponakan, Syafiq Mughni juga sering mendengar Ridlwan Syarqawi ketika pidato atau khutbah. Sehingga jejak pertemuan tersebut menjadi sumber tulisannya. Selain itu, cerita tentang perjuangan Ridlwan Syarqawi yang dituturkan oleh Syarofah yang merupakan ibu Syafiq Mughni juga menjadi sumber dari tulisan dalam buku ini.
“Dari sumber-sumber itu saya secara pribadi dapat menarik pelajaran yang sampai sekarang saya rasakan yaitu disiplin, semangat, dan orientasi tajdidnya,” tutur Syafiq.
Dari sisi lain, Direktur Media dan Publikasi SM, Isngadi Marwatmaja menyampaikan sosok KH. Ridlwan Syarqawi atau akrab dipanggil Yi Wan, merupakan sosok modernis Muhammadiyah yang berhasil mengawinkan nilai-nilai keislaman dan mondernitas sehingga meningkatkan produktivitas umat Islam.
Oleh karena itu, Isngadi berharap pandangan modernis yang dimiliki oleh Yi Wan dapat dipelajari tidak hanya oleh warga Muhammadiyah di Paciran, tapi juga di Lamongan, Jawa Timur dan Nasional. Selain itu, menurut Isngadi cara Bermuhammadiyah Yi Wan juga menampik keresahan atas klaim bahwa Muhammadiyah itu Wahabi.
Pada kesempatan yang sama, Mudir Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Paciran, Rifqi Rasyidi menyampaikan bahwa Paciran merupakan titik penting bagi perkembangan Muhammadiyah di Lamongan, bahkan juga di Jawa Timur maupun Indonesia.
Menurutnya, jika dirunut jaringan Muhammadiyah Paciran dapat ditemukan sampai di berbagai Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) yang tersebar di berbagai negara.
Sementara itu, Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Prof. Biyanto mendorong penulisan sejarah lokal Muhammadiyah. Dan bisa menjadikan “Buku Sang Mujadid dari Paciran” ini sebagai pintu untuk semakin banyak tokoh lokal Muhammadiyah diangkat kisahnya.
Saat ini, PWM Jawa Timur sejak Pandemi Covid-19 lalu telah menggencarkan semangat menulis di lingkungan Muhammadiyah Jawa Timur. Sehingga, dari program itu saat ini tidak sedikit sejarah Muhammadiyah lokal banyak diketahui dan menjadi bahan kajian oleh banyak orang.
Pembedah selanjutnya adalah Ahmad Nur Fuad, Penasehat Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Paciran yang juga cucu, menyebut Yi Wan sebagai sosok yang puritan akan tetapi memiliki pandangan yang maju. Itu tercermin dalam sikap dan penampilan, yang sederhana tidak mencolok simbol islamnya namun kedalaman ilmunya tak diragukan.
Selain dikenal sebagai seorang yang alim, Yi Wan juga sebagai sosok yang memiliki semangat kewiraswastaan. Keluarga Syarqawi diketahui sebagai pengusaha jagal sapi. Daging atau kulit sapi yang dijagal dijual sampai ke Kota Lamongan yang jaraknya puluhan kilometer dari Pacaran.