MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANDUNG — Muhammadiyah telah berupaya menyatukan perhitungan waktu Islam secara global melalui Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT). Menurut Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syamsul Anwar, prinsip dasar KHGT adalah satu hari, satu tanggal di seluruh dunia, memastikan keselarasan dalam menentukan awal bulan dan perayaan keagamaan.
“Berbeda denga kalender zonal, KHGT adalah Kalender Islam yang berlaku secara global dengan prinsip satu hari satu tanggal di seluruh dunia,” tutur Syamsul dalam Seminar Nasional: Sosialisasi Kalender Hijriyah Global Tunggal di Universitas Muhammadiyah Bandung pada Sabtu (11/05).
Menurut Syamsul, penggagas pertama dari konsep ini adalah ahli hadis Mesir terkemuka, Aḥmad Muḥammad Syākir, yang merintis gagasan ini pada tahun 1939. Namun, langkah konkret menuju penyatuan kalender global dimulai pada Konferensi Istambul I tahun 1978. Dalam konferensi tersebut, para pemangku kepentingan menetapkan parameter kritis, termasuk tinggi 5 derajat dan elongasi 8 derajat, sebagai dasar bagi kesepakatan global.
Perjalanan menuju kesatuan kalender terus berkembang. Ilyas dari Malaysia membuat terobosan penting dengan menemukan hisab global pada tahun 1978. Momentum penting lainnya terjadi pada tahun 2008, ketika “Deklarasi Dakar” diumumkan dalam Konferensi Puncak negara-negara anggota OKI. Deklarasi ini memperkuat komitmen untuk menyatukan kalender Islam demi meningkatkan citra Islam di mata dunia.
Pada tahun 2009, kata Syamsul, Temu Pakar II menghasilkan rumusan konkret untuk KHGT, menetapkan ijtimak sebelum pukul 12:00 GMT sebagai standar. Konferensi Istanbul II tahun 2016 menjadi titik balik penting dengan menetapkan kriteria lebih lanjut. Menurut kongres tersebut, bulan baru dimulai saat kriteria tertentu, seperti elongasi 8 derajat dan ketinggian 5 derajat, terpenuhi di suatu tempat di muka bumi sebelum pukul 00:00 GMT.
Koreksi kalender juga telah diatur untuk mengatasi situasi di mana kriteria terpenuhi setelah lewat tengah malam. Misalnya, jika elongasi 8 derjat dan ketinggian 5 derajat terjadi di Amerika, sementara ijtimak di New Zealand terjadi sebelum waktu fajar, bulan baru akan dimulai berdasarkan kriteria tersebut.
Dengan langkah-langkah konkret seperti ini, KHGT memberikan kerangka kerja yang kokoh untuk menyatukan perhitungan waktu Islam secara global, menghasilkan harmoni dalam perayaan keagamaan dan memperkuat kesatuan umat Islam di seluruh dunia.
Syamsul kemudian menekankan pentingnya frasa “tunggal” dalam KHGT. KHGT tidak mengenal zona-zona, melainkan memandang seluruh kawasan sebagai satu matlak. Meskipun kalender Islam yang zonal juga dianggap sebagai kalender Islam global, pembagian dunia ke dalam zona-zona mengurangi kesatuan tersebut.
Dengan menekankan kata “tunggal”, Syamsul mengatakan KHGT membedakan dirinya dari kalender-kalender lokal atau zonal, menegaskan komitmennya untuk menyatukan umat Islam di seluruh dunia dalam perhitungan waktu yang seragam.