MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Konferensi Global tentang Hak-hak Perempuan dalam Islam resmi dibuka pada Selasa (14/5) di Hall Masjid Walidah Dahlan, Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta.
Rektor Unisa, Warsiti dalam sambutannya menyampaikan selamat datang kepada peserta perwakilan dari berbagai negara dunia. Menurutnya, acara ini penting untuk menegakkan hak-hak perempuan dalam Islam.
“Saat ini kita berkumpul sebagai komunitas yang memiliki beragam suara, disatukan oleh komitmen bersama untuk mengekplorasi, memahami, dan menegakkan hak-hak perempuan di kerangka Islam,” katanya.
Dalam Kita Suci Al Qur’an surat An Nahl ayat 97 menjelaskan kesetaraan laki-laki dengan perempuan. Bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam mengerjakan amal salih, perbuatan itu yang menentukan tingkatan derajat mereka.
Akan tetapi, meski sudah jelas landasan normatif yang diberikan oleh Al Qur’an namun pada kenyataannya hak-hak perempuan sering diretas bahkan dihilangkan. Oleh karena itu melalui konferensi ini diharapkan menegaskan kembali prinsip kesetaraan yang diajarkan dalam Islam.
Terkait dengan lokasi acara – Unisa Yogyakarta, Warsiti menjelaskan bahwa Unisa merupakan kampus yang didirikan oleh organisasi perempuan Islam. Kehadiran kampus ini adalah bukti nyata keterlibatan perempuan untuk memajukan peradaban.
Sementara itu, CEO Faith to Action Network (F2A), Peter K. Munene di kesempatan yang sama menyampaikan keimanan merupakan foundamental dalam kehidupan perempuan dan laki-laki di seluruh dunia. Keimana berpengaruh pada kehidupan, identitas, dan perilaku.
“Iman memberi orang nilai-nilai yang membentuk cara mereka memandang diri mereka sendiri sebagai laki-laki dan perempuan, hubungan sosial dan intim mereka, serta alokasi kekuasaan dan sumber daya,” katanya.
Peter menejelaskan, konferensi ini mengundang berbagai pakar yang berkaitan dengan isu-isu perempuan, seperti dari Muhammadiyah-’Aisyiyah, F2A, juga para pakar dari Universitas Al Azhar, Mesir yang ketiga sekaligus sebagai penyelenggara acara ini.
Selain itu, juga ada berbagai pakar yang berasal dari berbagai negara undangan. Para pembicara akan memaparkan pengalaman mereka terkait dengan isu perempuan, sekaligus pada kesempatan ini untuk saling belajar pengalaman dari Muhammadiyah-’Aisyiyah.
Apresiasi juga disampaikan oleh Prof.Gamal I Serour dari Universitas Al Azhar. Dia menjelaskan dari Universitas Al Azhar akan memaparkan beberapa makalah yang relevan dengan topik konferensi ini seperti kontribusi perempuan di ruang publik, dan lain sebagainya.
Sementara itu, Pendeta Canon Grace Kaiso dari Kenya merasa tresanjung berada dapat hadir di forum ini. Pada forum ini dia melihat apa yang selama ini dia yakini, yaitu semua umat manusia setara dan semua diberikan ruang untuk mewujudkan potensi yang diberikan Tuhan.
Pendeta Canon Grace juga takjub dengan Indonesia, menurutnya negara ini menjadi model luar biasa dalam kolaborasi antaragama. Saling toleran dan menghormati di tengah perbedaan begitu terasa di Indonesia.