MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agung Danarto, menegaskan bahwa Muhammadiyah berusaha untuk mendidik seluruh anggota dan kadernya untuk menjadi penganut agama Islam yang sebaik-baiknya.
“Karenanya pembinaan yang sangat utama menjadi ciri dari Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, Amar Ma’ruf Nahi Munkar adalah terbinanya akidah yang baik, ibadah yang tertib, dan ahlak yang mulia,” jelas Agung Danarto dalam sambutan Pengajian Ramadan 1445 Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PPNA) pada Ahad (24/3) di Ruang Amphitheater Fakultas Kedokteran Universitas Ahmad Dahlan.
Agung menjelaskan ada lima cara bagaimana Muhammadiyah memahami agama Islam. Pertama, Muhammadiyah memahami agama Islam itu bersumber kepada sumber yang murni. Muhammadiyah ar-ruju ila al-Qur’an wa sunnah. Kembali kepada al-Qur’an dan as-sunnah dengan menggunakan akal fikiran yang sesuai dengan jiwa ajaran Islam.
“Muhammadiyah memahami Quran dan Sunnah dengan menggunakan akal fikiran yang sesuai dengan jiwa ajaran Islam, yang kemudian diformulasikan dalam Putusan Tarjih dengan menggunakan tiga pendekatan; bayani, burhani, dan irfani,” jelas Agung.
Kedua, dibutuhkan penguasaan khazanah. Dibutuhkan pemahaman para ulama terhadap ayat Al-Qur’an dan terhadap Al-Qur’an dan hadis tersebut.
Ketiga, menggunakan pendekatan irfani. Pendekatan irfani ini adalah pendekatan yang menggunakan hati nurani. Pendekatan hati nurani bagaimana keimanan, ketakwaan itu pendekatannya bukan hanya sekedar menggunakan teks, tetapi pendekatannya dengan memakai hati nurani.
“Kalau kaitannya dengan habluminaullah, pendekatan Irfani itu mungkin nanti akan menghasilkan yang sufistik, spiritualitas. Kemudian Muhammadiyah juga memahami Islam itu adalah agama yang membawa kemajuan. Setiap orang yang beragama Islam, dia akan termotivasi untuk hidupnya maju,” tutur Agung.
Hidupnya maju itu artinya responsif terhadap perkembangan, bahkan menjadi pionir bagi perkembangan itu sendiri. Kemudian karena memiliki rasa ingin tahu yang besar, sehingga mencari ilmu pengetahuan sedemikian rupa, dan tentu ingin menciptakan kesejahteraan untuk dirinya dan untuk orang lain.
“Nasyiatul Aisyiyah juga harus teguhkan komitmen masifkan gerakan mengaji anggota basis akar rumput. Dulu NA itu mendominasi kegiatan-kegiatan remaja di kampung-kampung. Sehingga ada padi melati, padi melati itu mesti antara NA dengan pemuda,” jelas Agung.
Menutup sambutannya, Agung berharap Nasyiatul Aisyiyah bisa membanjiri media sosial yang ada dengan banyak konten-konten dakwah yang berkualitas dan sesuai dengan tren zamannya.