MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURABAYA—Dalam Pengajian Kamisan yang diadakan oleh Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian, dan Pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Kamis (23/11), Ketua PP Muhammadiyah, Syafiq Mughni, menyoroti ketidakjelasan definisi peradaban Islam. Ia memunculkan pertanyaan seputar dasar peradaban ini, apakah berbasis kawasan atau agama.
Menurut Syafiq, abad kesembilan belas hingga saat ini dapat dianggap sebagai periode kebangkitan peradaban Islam. Namun, di tengah optimisme akan potensi kebangkitan ini, ia mengakui kesulitan dalam merumuskan definisi yang tepat untuk peradaban Islam. Pertanyaan mendasar yang diajukan adalah apakah peradaban ini memiliki dasar berupa kawasan geografis ataukah bersifat universal berdasarkan agama.
“Peradaban Islam itu peradaban kawasan atau agama. Dulu ada peradaban Persia, Mesir, Mesopotamia, Cina, itu semua peradaban berbasis kawasan. Kalau kita lekatkan dengan agama, tentu yang dimaksud Islam ini ialah yang berkembang di umat Islam di mana pun berada baik di Barat, Asia, atau yang lain,” ungkap Syafiq.
Ketidakjelasan dalam definisi peradaban ini menimbulkan implikasi yang signifikan. Apakah peradaban Islam akan bersifat lokal, terbatas pada wilayah geografis tertentu, ataukah akan mencakup umat Islam di seluruh dunia?
Syafiq juga menyoroti kuantitas dan kualitas umat Islam sebagai elemen kunci pembentukan peradaban. Sejauh mana pertumbuhan jumlah umat Islam dapat diartikan sebagai kekuatan positif, dan bagaimana pemahaman agama dan kontribusi umat Islam dapat membentuk peradaban yang berkelanjutan?
Merenung masa depan peradaban Islam, Syafiq mengajukan pertanyaan mengenai ciri-ciri yang akan membentuk bagian integral dari peradaban ini. Apakah peradaban Islam akan lebih cenderung bersifat inward looking, dengan fokus pada pengembangan internal, atau outward looking, dengan keterlibatan aktif dalam dinamika global?
Selanjutnya, Syafiq mempertimbangkan opsi peradaban global, peradaban agama, atau peradaban berbasis kawasan. Bagaimana peradaban Islam dapat berinteraksi dengan peradaban-peradaban lainnya? Apakah ada peluang untuk menciptakan harmoni ataukah tantangan konflik yang perlu diatasi?
Dengan pertanyaan-pertanyaan ini, Syafiq Mughni menandai kompleksitas dalam merumuskan dan memahami esensi peradaban Islam di masa depan, mengundang refleksi mendalam tentang arah dan identitas perjalanan peradaban ini dalam panorama global.
Optimisme Bangun Kembali Peradaban Islam
Meskipun definisi dan spesifikasi peradaban Islam masih bersifat kabur, Syafiq menunjukkan optimisme yang kuat terhadap lahirnya peradaban ini di masa depan. Ia mencermati potensi yang terus berkembang dalam jumlah umat Islam, namun menekankan bahwa manfaat dari perkembangan ini akan bersifat destruktif jika tidak dikelola dengan bijak.
“Meski ini akan membawa perkembangan dalam jumlah umat Islam, namun ini malah akan destruktif bila tidak dikelola dengan baik,” ujar Syafiq.
Optimisme Syafiq terhadap masa depan peradaban Islam memunculkan panggilan untuk meningkatkan kualitas umat Islam. Dia menyoroti beberapa indikator kunci yang perlu mendapat perhatian serius, termasuk kemajuan negara-negara Islam. Contohnya, Syafiq merujuk pada kemajuan teknologi di Iran, yang mulai mengadopsi teknologi canggih, menjadi potret positif dari perkembangan peradaban Islam.
Selain itu, pertumbuhan ilmuwan-ilmuwan Islam menjadi fokus penting, menandakan pentingnya investasi dalam sumber daya manusia yang berkontribusi pada kemajuan pengetahuan dan teknologi. Lebih lanjut, Syafiq menyoroti pentingnya kemajuan lembaga-lembaga Islam sebagai landasan bagi peradaban yang berkelanjutan.
Syafiq juga mencakup universalisasi nilai-nilai Islam dan epistemologi Islam sebagai elemen penting dalam membentuk peradaban yang dapat diterima secara global. Dengan cara ini, peradaban Islam tidak hanya menjadi eksklusif bagi umat Islam, tetapi juga dapat berkontribusi pada dialog dan harmoni antara peradaban-peradaban yang berbeda di seluruh dunia.
“Bila ada pertanyaan apakah akan lahir peradaban Islam? Saya hanya akan jawab dengan InsyaAllah,” tegas Syafiq.