MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin memberikan kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) pada Selasa, 21 Februari 2023.
Digagas Asosiasi Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan Muhammadiyah (APKKM), kuliah umum bertajuk “Transformasi Sistem Kesehatan Nasional” itu digelar di Aula Gedung Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UMJ.
Menkes Budi Gunadi menjabarkan enam pilar transformasi sistem kesehatan yang dilakukan Kemenkes meliputi layanan primer, layanan rujukan, sistem ketahanan kesehatan, sistem pembiayaan kesehatan, SDM kesehatan, dan teknologi kesehatan.
“Kita melakukan enam pilar transformasi. Pertama adalah layanan primer. Ini yang paling penting edukasi kesehatan. Kedua adalah transformasi layanan rujukan rumah sakit,” jelas Budi Gunadi.
“Ketiga transformasi sistem ketahanan kesehatan. Ini kalau ada pandemi, kita lebih siap dari sisi obat-obatan, alat-alat kesehatan, tenaga kesehatan cadangan itu masuk ke sana, termasuk surveilance terhadap penyakit menular, kita ingin pastikan baik lokal, nasional, maupun regional itu harus siap,” tegas Budi.
Transformasi keempat adalah transformasi sistem pembiayaan kesehatan. Hal ini sebagian besar layanan kesehatan terdapat di BPJS. Namun ada juga asuransi swasta yang harus dipastikan keberlanjutannya.
Transformasi kelima adalah SDM Kesehatan dan keenam adalah transformasi Teknologi Kesehatan, ini terkait teknologi informasi dan bioteknologi.
“Itu adalah 6 kerangka besar yang akan kita kejar sampai 2024,” jelas Budi.
Selain layanan kesehatan primer, Menkes Budi Gunadi mengatakan saat ini ada sekitar 12.000 Puskesmas tersebar di semua wilayah Indonesia. Ia menilai jumlah tersebut tidak akan mencapai pemerataan pelayanan kesehatan. Ada sejumlah program yang akan dilakukan diantaranya menata ulang jaringan fasilitas layanan kesehatan.
Maka dari itu diperlukan revitalisasi Posyandu di setiap wilayah di Indonesia sebagai bentuk pelayanan yang lebih dekat dengan masyarakat. Bukan hanya melayani Ibu dan bayi, tapi melayani setiap siklus hidup termasuk remaja, dewasa, hingga lansia.
“Jadi setiap Puskesmas bisa melakukan layanan laboratorium misalnya 100 kali tes, kemudian di atasnya laboratorium kesehatan kabupaten/kota, di atasnya lagi laboratorium provinsi, kemudian regional, dan nasional,” jelas Budi.
Target fasilitas layanan primer dan Labkesmas sebanyak 514 Rumah Sakit Kabupaten/Kota, 7.230 Pukesmas Kecamatan, 85.000 Posyandu Desa/Kelurahan, 300.000 Posyandu Dusun/RT/RW, dan 273.5 juta kunjungan rumah penduduk tingkat kelembagaan. Selain itu ada pula laboratorium nasional (Prof. dr. Sri Oemiyati dan B2PVRP), laboratorium regional (BBTKL, BBLK, EKS Balai Litbangkes), Labkesda Provinsi, Labkesda Kab/Kota, dan Laboratorium Puskesmas.
Menkes Budi juga menjelaskan transformasi layanan rujukan. Pada transformasi ini terdapat tiga penyakit penyebab kematian paling tinggi di Indonesia yaitu penyakit jantung, stroke, dan kanker.
“Data yang saya miliki, dari 34 provinsi yang bisa melakukan operasi pasang ring itu hanya 28 provinsi. Kalau sudah tidak bisa dipasang ring, maka tindakan berikutnya adalah bedah jantung terbuka. Ini jumlahnya turun lagi dari 28 provinsi kalau tidak salah ke 22 provinsi,” ungkap Budi.
Target Kemenkes pada 2024 adalah seluruh rumah sakit di Indonesia bisa melayani penyakit jantung, stroke, dan kanker. Layanan jantung yang sesuai dengan kompetensi masih belum merata di Indonesia. Hanya 40 rumah sakit pemerintan yang mampu melayani chatlab dan hanya 10 rumah sakit yang mampu melakukan bedah jantung.
“Akses layanan dan standar layanan tertentu untuk jantung, stroke, dan kanker saya mau rata tersedia di seluruh provinsi,” ungkap Budi. Lebih lanjut, hal yang menjadi perhatian Kemenkes lainnya adalah yang berkaitan dengan layanan kesehatan primer dan pembiayaan kesehatan.
Sepanjang tahun 2022, Kemenkes terus mendorong layanan kesehatan primer berkualitas agar dapat dirasakan oleh seluruh kalangan masyarakat. Di hadapan ribuan tamu undangan dan mahasiswa FK dari 12 PTMA baik luring maupun daring, Budi menuturkan keberadaan Muhammadiyah sangat dibutuhkan dalam dunia kesehatan dan Menkes merasakan kehadiran Muhammadiyah dalam sektor kesehatan.
“Muhammadiyah is the most influence group di luar pemerintah pada bidang kesehatan dan pendidikan,” ungkap Budi.
Sementara itu, Ketua APKKM Prof. Suryani As’as menjelaskan APKKM bertugas melakukan sinergitas dan kolaborasi seluruh potensi di pendidikan kedokteran dan kesehatan. Forum ini juga untuk menjembatani ikhtiar Muhammadiyah memberi solusi dalam kesehatan.
Prof. Suryani juga menyampaikan, jumlah SDM di FK PTMA yang mencapai 9.000 mahasiswa cukup potensial untuk memberikan kontribusi dalam perbaikan kesehatan dan keberlanjutan pelayanan kesehatan di Indonesia.