MUHAMMADIYAH.OR.ID, SLEMAN- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir di acara Peresmian Serambi Buya Syafii, Kamis (10/11) menyebutkan beberapa ingatan tentang ajaran dan laku hidup Buya Syafii Maarif, sosok tokoh bangs sekaligus Ketua Umum PP Muhammadiyah 1998-2000 dan 2000-2005 itu.
Buya Syafii, dalam ingatan Haedar merupakan pendidik yang mengajarkan sejarah. Hidup Buya Syafii merupakan sejarah itu sendiri, dari Buya juga Haedar belajar banyak hal terlebih tentang Muhammadiyah.
Pengalaman tersebut didapatkan Haedar sejak dirinya menjabat di PP IPM dan mendampingi Buya Syafii ketika di jajaran pengurus PP Muhammadiyah.
“Kita perlu belajar dari perjalanan hidup Buya dan tokoh-tokoh lain, yang kita hanya mengingatnya diujung ketika sudah berada di cakrawala tertinggi. Tapi orang tidak banyak tahu, dan tidak mau belajar bagaimana merayap dari bawah,” ucapnya.
Merayap dari bawah dan berangkat dari nol ini merupakan kisah yang melekat pada perjalanan hidup Buya Syafii.
Oleh karena itu, menurut Haedar kader yang terlahir di era kini harusnya lebih bersyukur dan lebih mampu mengakses ilmu dengan segala kemudahan yang disediakan oleh zaman.
Ingatan kedua Haedar terhadap Buya Syafii sebagai sosok yang mampu membungkus ketegasan, rasionalitas dengan humanis. Hal itu tercermin dari keseharian Buya Syafii yang menjalani hidup dengan santai. Meski menjadi tokoh besar, namun Buya Syafii tidak berjarak dengan realitas, dirinya ‘mudah dijangkau’ oleh siapapun.
“Jadi siapapun itu, tetapi jadi manusia biasa yang memancarkan humanism. Humanism nya juga biasa, tidak dibuat-buat, dan itulah autentisitas yang selalu diajarkan beliau,” ungkapnya.
Pelajar ketiga dari Buya Syafii adalah sosok yang mempraktekkan demokrasi. “Beliau sangat gandrung dengan demokrasi, tetapi juga beliau mempraktekkan demokrasi itu dalam sikap egalitarian. Beliau sangat resah ketika melihat tokoh yang begitu menyuarakan demokrasi, bahkan di eluh-eluhkan menjadi tokoh demokrasi, tetapi begitu dikritik marah,” ungkapnya.
Buya Syafii juga mengajarkan supaya tidak melawan kritik dengan sikap otoritarian, baik otoritarian personal maupun institusional. Menurut Haedar itu merupakan kunci dari praktek demokrasi.
“Ketika negara dan orang di negara itu yang memegang kunci kekuasaan, ketika dikritik bisa lapang hati atau tidak melawan kritik dengan penjara, tidak melawan kritik dengan intimidasi, tidak melawan kritik dengan kriminalisasi alus maupun terbuka,” ungkapnya.
Haedar juga mengingat sosok Buya Syafii sebagai pribadi yang cinta ilmu. Sebagai sosok yang lebih muda dari Buya Syafii, Haedar kerap kali mendapat rekomendasi buku-buku dari Buya Syafii.
Kebiasaan ini juga Haedar temukan pada sosok Prof. Malik Fadjar yang senantiasa mendorong kader muda Muhammadiyah untuk mencintai ilmu.
Bertepatan dengan Hari Pahlawan Nasional, pada 10 November 2022, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir meresmikan Serambi Buya Syafii Maarif di Kompleks Perumahan Nogotirto, Gamping, Sleman.
Serambi Buya Syafii merupakan rumah kediaman almarhum Buya Ahmad Syafii Maarif yang sejak 1 Oktober 2022 dikelola oleh Suara Muhammadiyah.
Rumah ini punya nilai sejarah yang penting untuk menjadi acuan bagi bangsa Indonesia. Berpijak dari rumah ini, Buya Syafii tumbuh sebagai tokoh negarawan dan guru bangsa yang berkonstribusi bagi dunia.
Serambi Buya Syafii dimaksudkan sebagai rumah intelektual dan tempat persemaian gagasan bagi semua kalangan.
Di tempat ini, nilai-nilai Buya Syafii ingin dihidupkan kembali dan ditularkan kepada generasi bangsa.
Rumah ini menyimpan benda yang biasa digunakan Buya serta 9000 koleksi judul buku yang dimiliki Buya Syafii tentang beragam tema. Bacaan ini berguna untuk mengetahui bingkai pemikiran sang guru bangsa.
Serambi Buya Syafii mengajak siapapun untuk berkunjung dan merefleksikan nilai-nilai kehidupan Buya Syafii. Harapannya, kita menjadi lebih dekat dan terdorong untuk melanjutkan komitmen dan perjuangan Buya Syafii mewujudkan cita-cita keagamaan, kebangsaan, dan kemanusiaan.