MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA— Krisis iklim membawa kehidupan manusia dalam bayang-bayang kepunahan massal. Dalam rangka memperbaiki perubahan iklim, Dompet Dhuafa Volunteer dan Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) ‘Aisyiyah beserta sejumlah aktivis lingkungan lainnya melakukan gerakan #Faiths4ClimateJustice pada Jumat (28/10) di Jakarta.
Ada tiga seruan yang disampaikan dalam aksi ini, yakni:
1. Mengharapkan kepada pemerintah untuk mendorong kebijakan kepada energi yang terbarukan, dan mempercepat proses transformasinya secara adil serta membuka lapangan-lapangan kerja yang ramah terhadap lingkungan (green jobs);
2. Mendorong lembaga-lembaga ekonomi atau lembaga-lembaga finansial untuk tidak membiayai kegiatan-kegiatan yang terkait dengan energi kotor berbasis fosil;
3. Mendorong seluruh pemimpin umat agama untuk mengambil peran penting dengan mengadakan gerakan yang didasari pada keimanan masing-masing dan direfleksikan dalam kegiatan keumatan untuk menjaga, melindungi dan melestarikan lingkungan serta mendorong seluruh umatnya untuk tidak melakukan perusakan terhadap lingkungan sebagai warisan bagi generasi yang akan datang.
Banyaknya bencana alam yang terjadi di berbagai belahan bumi, termasuk di Indonesia, selama ini merupakan bentuk nyata dari dampak krisis iklim, yang telah mengakibatkan banyaknya jatuh korban. Oleh karenanya, sebelum pelaksanaan Konferensi Dunia tentang Perubahan Iklim (COP27) di Mesir serta KTT G20 di Bali pada bulan November tahun ini, GreenFaith bersama-sama dengan umat beragama di seluruh dunia melakukan aksi bersama “Faiths for Climate Justice” atau Iman untuk Keadilan Iklim.
Di Indonesia, kegiatan aksi damai ini, sengaja dipilih bertepatan dengan momentum hari Sumpah Pemuda dan juga ibadah Jumat. Sehingga diharapkan spirit persatuan Hari Sumpah Pemuda bisa menjadi intisari kerjasama kelompok Umat agama ini dalam hal mengajak, mendorong, dan mengedukasi masyarakat untuk pemanfaatan energi alternatif serta mengurangi risiko perubahan iklim, agar tercapai net-zero secara global pada 2050 nanti.